Wednesday, November 30, 2011

Cronyism


Satu cerita tentang sebuah surga kecil yang kunamakan persahabatan, yang selalu hadir untuk berusaha menutupi kekacauan-kekacauanku dengan menyampaikan semua rasa takutmu, lalu engkau tertawa untuk kemudian pulang dan menangis, ibarat sebuah drama komedi dimana engkau selalu bisa membuat gelak tawa dan menghidupkan setan-setan pembangkit urat syaraf tawa, engkau menciptakan kebersamaan untuk kemudian kau pulang dengan membawa sejuta umpatan. 

Kamu selalu fasih menghisap rokokmu, terus dan terus seolah tiap hisapan yang kemudian engkau hembuskan asapnya dapat mengeluarkan segala keluh kesah dan masalah dari mulutmu sendiri, tapi kamu sendiri membenci orang-orang yang merokok di hadapanmu seolah dia tak pernah menghargai diri kamu ataupun orang yang merokok tanpa peduli bahwa kamu memang benar ada dan diciptakan oleh Tuhan. 

Terkadang kamu juga selalu memproklamirkan bahwa kamu dapat menaklukan dunia ini, terkadang juga kau menangis menahan gelak tawa dengan segala ucapan bahwa betapa celakanya dirimu.

Siapa dirimu pada saat tidak ku kenal dan kemudian kau tuangkan secangkir kopi untukku, lalu diam seakan menutup pintu dan menguncinya dalam-dalam. Mungkin aku akan merasa sial karena aku tidak membawa tukang kunci hari ini atau bahkan sebuah godam untuk mendobrak pintu itu. 

Kau dan kalian tidak berbicara saat aku duduk di perantara dinding kawat yang mengurung aku, sementara tidak sama sekali aku berharap aku bisa keluar dari kotak pandora ini namun aku sudah mencatatkannya pada dinding-dinding sebelum kalian mencibirku sebagai manusia yang belum jadi manusia.

Suatu waktu ku tunjukan tanganmu dan menggenggamnya seakan takkan kau temukan esok, apakah pernah kau tahu bahwa beberapa waktu yang lalu aku sudah membeli tali yang kuikatkan pada tanganmu dan kau menariknya dengan penuh kecurigaan dan setelah tahu bahwa itu aku kau pernah melukiskan senyum dan kemudian disuatu sore kau mengajakku untuk menikmati teh di pekarangan belakang rumahmu. Dan tentunya aku menjadi bodoh karena aku lupa tali yang kuikatkan pada hatiku aku lupa untuk menempatkan kembali hingga akhirnya dalam satu sepersekian detik saja aku tak mampu menahan diri saat kau kembali dtang dengan tangan tergenggam olehmu.

Kau tahu?

Aku menabung cerita dalam sebuah tabung yang kusimpan baik-baik dalam dapurku, hingga saat kau membuatkan ku secangkir kopi kau akan mengerti betul rasa dari kopi yang aku suka. Dan kaupun bukan tidak tahu itu bukan?

Kau berkata :

"Hei kekacauanmu, jangan kau ganggu orang ini! karena suatu saat orang ini akan menjadi manusia!"

Hari yang ku temui saat itu hujan dan kita membicarakan seorang perempuan yang membenci malam sekali lagi, benarkah kau dan hujan adalah sebuah tenor waktu yang kau tentukan dalam kurun waktu yang membatasiku. Adakah kau satu detik saja untuk kali ini bersama detik-detik yang kukumpulkan dengan sisa tenaga yang kuputar pada sumber-sumber tenaga yang hampir habis!.

Lalu kau menuangkan kopi kedalam cangkirku untuk yang ke-empat kali dan berkata :

"Saudara, hiruplah... ini surga dan kau bisa berkata cinta kali ini!"

Akupun mengambilnya dan mengerti hal tersebut adalah hanya sebuah wacanaku tentang surga kecil yang kerap menutupku. dan tanpa 'dia' aku sudah akan tahu maka aku berpikir dengan kopiku lalu sekejap saja menatap kekurangan bekal yang aku punya. Aku lah sang dunia kawan!

No comments:

Post a Comment