Tuesday, November 15, 2011

Rumah

Kehidupan ini mungkin adalah sebuah proses atau jalan yang dipenuhi dengan perjuangan, dimana tidak sedikit proses tersebut menimbulkan beberapa kepahitan, kesedihan atau tak jarang pula memberikan sebuah perasaan bahagia yang kesemua itu selalu tak luput dari nasib yang dijalani dan takdir Yang Kuasa. Dalam kehidupan ini begitu banyak orang dengan liku kehidupannya masing-masing yang memberikan ruang gerak dan pandangan dalam melihat sisi dunia, dunia ini telah banyak dihiasi oleh berbagai macam kejadian yang padakalanya bisa membuat orang tersadar ataupun makin lupa akan dirinya namun dari semua itu adalah sebuah proses pencarian jatidiri dan keyakinan sebagai tuntunan maupun pembelajaran bagi pembentukan masing-masing manusia.

Ada saat ketika harus datang kembali setelah berjalan jauh dan mengalami beberapa hal baik itu perasaan atau beberapa kendala yang kita hadapi. Sebuah rumah yang menantikan kita dan menyediakan kita sebuah semangat dan keyakinan untuk melanjutkan perjalanan kita hari esok dan beberapa hari kemarin. Siapa atau apa dan dimanakah rumah itu? apakah hanya sebuah bentuk metafora dari cinta atau sebuah jati diri yang seharusnya menjadi sebuah langkah awal dari pendekatan diri mengenai keberadaan diri kita atau bahkan peran kita di masyarakat. 

Rumah yang menjadi sumber inspirasi atas semua pertanyaan yang kemudian akan dituliskan dalam sebuah kertas bahwa rumahku adalah surgaku dalam sebuah prosa metafora yang menggambarkan seorang bidadari yang menanti pulang dan berharap cemas serta penetralisir kegelisahan dan kegundahan kita terhadap massalah-masalah yang kita hadapi didalam perjalanan kita.

Siapa?

Kita sendiri ataukah justru sesuatu hal yang merupakan berada di luar jangkauan kita, sementara kitalah yang harus menjangkaunya dengan segenap tenaga yang kita punya, dan bahkan tidak jarang itupun mengharuskan kita mengorbankan beberapa hal dalam kehidupan. 

Dimana?

Haruskah ada tempat yang diam kemudian kita berjalan kembali pada tujuan terakhir sementara kaki yang tidak melangkah akan selalu diam untuk sejenak berlari tanpa arrah tujuan.

Kapan?

Sisi dunia yang berputar akan selalu tetap konstan dan beredar menurut waktunya, tidak bisa memundurkan ataupun mempercepat waktu biarrpun hanya satu detik saja. Sang pusat tata suryapun pada kenyataannya tidak pernah tenggelam di barat ataupun di ujung samudra, kitalah yang bergerak menjauhi matahari sampai apada akhirnya diam dan berputar kembali pada pagi hari.

Dialah "Rumah" itu. 


No comments:

Post a Comment