Sunday, November 13, 2011

Nocturno

Sediam itu dia tidak pernah berbahasa, sementara tampak siang saja dia sudah bersembunyi dan mengeluh karena terik, sehitam itu pula lingkaran malam yang mengitari kelopak mata tanpa nada yang ada hanya sumbang deru angin mengalahkan kicauan kelelawar yang keluar malam ini. Dia hanyalah sebuah emosi tanpa raga yang pada suatu ketika ia akan bercanda dan mengeluarkan senjata amarahnya untuk tetap dihormati sebagai penguasa atas raga. 

Jika seranggapun enggan keluar terlebih serigala yang akan terusir oleh emosi dan serakah manusia, tidak sedimit bahkan sepi yang seharusnya tiada suara kini banyak nada dengan ritme yang cepat serta dentuman bas yang mengotori genderang telingaku. Tak lebihnya sebuah layangan yang terbentang harus terbawa angin sementara hujan kemudian akan merusak bentangan sayapnya belum lagi ditambah dengan halilintar yang sejenak saja bisa menghanguskan siapapun dibawahnya. Tidak hanya tegangan kaki melangkah namun penghantar yang terbentang adalah cuma cerita yang tak pernah bersujud pada angin.

Suara parau angin dan hembusan datar angin laut yang turun menuju samudra dan dialah malam tetap tanpa raga. 

Biar sementara sejenak datang pagi dan bertransisi memindahkan siang untuk memundurkan waktu dan diam kemudian padahal waktu siang tetap akan datang dan tak kan mengganti waktu yang diharapkan lalu biarkan saja siang datang dan menggantungkan malam untuk aku bisa temui hari ini dan hari berikutnya.

No comments:

Post a Comment