Friday, November 25, 2011

Perempuan Pembenci Malam

Ketika malam datang entah aku harus berlari kemudian masuk kedalam kotak dimana kutaruh lampu yang terus menyala hingga sadar pagi akan datang menjemputku lalu kemudian hari aku akan menghapus malam. Jika saja aku adalah penulis bagi hari entah dengan cara apa bisa kulukiskan siang hari saat wajah yang tersenyum akan selalu tersenyum tanpa banyak meninggalkan luka pada hari mulai gelap.

Aku tidak ingin tertidur dan membuat sebuah kotak akan menit-menit saat aku akn mengingat entah keberadaan dirimu yang tak pernah kutahu sejak tanganku terpegang dalam cerita- cerita yang telah kulukiskan pada tembok dinding kamarku. Biar saja lingkar mataku melingkari seperti ular yang sedang memandang waktu hingga jendela pagi terbuka seperti saat kau membangunkanku dahulu dengan selamat pagi.

Lalu aku harus bercerita dengan siapa malam ini?

Ketika aku tak akan pernah bisa mengubah waktu dan ketika lukisan yang kujejalkan dalam hatiku sudah pudar semenjak aku sendiri didalam kelembaban ruangan ini, saat detik jam mulai berdetak dan saat mata-mata mulai tertutup sedangkan aku terjaga hanya untuk memicingkan mataku dan berpikir sesuatu yang tidak aku ketahui dari kamu atau siapapun dalam atmosfirku. 

Aku sudah jatuh cinta pada malam-malam sebelumnya namun bukan pada hari ini ketika aku mulai berlari, mungkin aku harus biarkan saja mata-mata itu menatapku dengan segala penuh kecurigaan sementara aku akan tetap diam mengukir malam dengan caraku sendiri.

Dan aku adalah seorang perempuan pembenci malam yang sudah menodai pikiran serta hatiku sementara kau tetap hadir pada malam hari, apakah aku akan tetap diam sementara aku harus melewati malam yang kubenci sekaligus hari ini pula aku harus jatuh cinta?.

Aku akan melukis pagi saat detak jam didindingku menunjukan hati untuk kembali aku berjalan dan menjalani apa yang kutahu bukan dari yang tak pernah kutahu seperti malam-malam sebelumnya, bukan kau, aku atau siapapun karena ternyata waktu itu sendiri adalah konstan segaris lurus dengan jalan hidupku. 

Bila saat malam dan gelap yang kubenci akan ku cinta, bolehkah sekali lagi aku mencumbu siang saat seseorang memandangku dari jauh dan memperhatikan bahwa ternyata aku sudah menjadi cukup gila tanpa pernah tidur hanya karena aku benci malam ini, aku benci saat aku harus terbangun sementara hari tak jua kunjung pagi.

Lalu kapankah ada pagi?

Aku berhenti mengenal diriku untuk tahu siapapun kamu dimalam itu, dan bila suatu siang akan menutupi malamku aku akan datang dan berunding dengan senja dan melewati satu kali lagi malam tanpa menjadi beban untukku.

Apakah aku untukmu? atau justru akulah yang akan mencarimu saat siang menggantikan malam atau bolehkah aku menjalin malam ini dengan untaian pita yang kuikat dengan tali sepatuku hingga aku akan sadar bahwa aku harus jatuh cinta dengan malam.

No comments:

Post a Comment