Friday, January 13, 2012

Berdialog dengan cermin #6

Di sebuah toilet

Aku tidak punya catatan pada masa dimana aku sendiri tidak bisa melukis sebuah mimpi, biarpun aku hanya sebuah beranda tempat berlari sekaligus sebuah ruang yang aku jadikan sebagai tempat  analisa baik dasar pemikiran dan landasan bahwa masa depan yang bisa kucatatkan bukan pada secarik kertas ataupun retorika bunyi yang hadir untuk mengenal diriku sekaligus mengenal dunia ataupun lingkungan tempat ku berdiri dan suatu saat berlari dengan cara berpikirku.

Sebuah pagi yang seharusnya menjadi sebuah arti, baik itu kapan harus berpikir ataupun harus menjadi sebuah kerangka pikir terhadap paham masa depan atau hanya sesal di masa lampau.

Segelas kopi saja mungkin tak kan cukup untuk membuatku cukup memasuki daya khayal serta imaginasi tertinggi seperti ruang pencernaan yang bergejolak dan berteriak selaras dengan sistem olah atau cerna semua energi yang kita terima kemudian limbah yang harus kita buang setiap harinya. 

'Sebuah ruang masa depan', ruangan yang tidak lebih dari ukuran tempat tidur dimana acapkali berbagai mimpi dan cerita bisa terlukis secara sempirna dalam alam bawah sadar kita, kemudian masuk kepada saat dimana 'apa' dan 'mengapa' menjadi sebuah pertanyaan yang tak terbantahkan. 

Perenungan bukan saja harus mempertanyakan siapa aku atau dimana aku dan 'ke-aku-an yang lain tanpa seharusnya bertanya 'aku ini siapa' lalu sebuah titian model yang sepertinya sangat pendek membawa kita pada satu alam yaitu 'kenapa' dan 'seharusnya' atau bahkan 'mungkinkah'.

Aku menjadi aku hanya 10 menit pagi ini, saat kerangka pemikiran baik itu terhadap sebuah paham atau apa yang akan dijalani, tidak ada bentangan pasti tapi justru sebuah benang hidup rencana yang tidak ada kaitannya dengan realita 'mungkin' atau hanya gambar mimpi semalam  yang seharusnya menjadi sistem pencernaan otak secara logika kemudian bertanya lagi pada hati dan apa benar aku akan menuliskannya dalam sub-pemikiran tertulis yang aplikatif setelah berjalan menuju ruangan yang ku sebut dengan 'kenyataan'. 

Setiap hari waktu bukan hanya sekedar waktu untuk mempelajari 'apa', atau siapa yang ada dalam lingkungan kita terlepas cinta ataupun benci yang kemudian harus di hadapi ataupun siapa yang akan kita temui. Namun bukan masalah pencernaan saja atau hari ini ada apa tapi hari ini adalah hari ini, waktu adalah waktu dan yang paling utama adalah sebuah konsistensi.

Kemudian selamat datang realita 10 menit sudah berlalu dan tersisa 23 jam 50 menit kemudian.

No comments:

Post a Comment