Wednesday, January 11, 2012

Berdialog dengan cermin #5

"Bulan, aku mempunyai teori segitiga! Menurut teoriku dari sisi aku dimana aku bisa melihat, tentu kau akan terlihat dari satu sisi lain yang juga malam, tentu kau cuma 1 bagian bukan?  Aku ingin menyampaikan pesan rinduku pada seseorang dan kuharap dibagian sanapun dia sedang menatap bulan hingga rasa rindu ini akan sampai padanya, Tolong aku ya bulan".

"Sedang apa kau anak kecil?"
"Aku bukan anak kecil!"
"Lalu apakah kau? bocah ingusan yang sedang bermimpi?"
"Bukan, ayahku bilang aku adalah seorang lelaki dewasa yang berpikir dengan logika dan bernurani dalam hatiku."
"Kau bodoh anak kecil!"
"Aku tidak bodoh paman, kata ayahku aku hanya seorang yang masih bodo namun aku tidak bodoh!"
"Apa bedanya bodo dengan bodoh?? dasar bocah ingusan."

"Kata ayahku bodo itu adalah sebuah proses pembelajaran dimana orang bodo akan menjadi pintar kala ia belajar, dan aku rajin belajar! tiap hari aku belajar walaupun hanya sedikit cahaya menyinari gubuk kami dimana angka-angka seakan buram dan huruf-huruf semakin kabur, tapi ibuku yang menjadikan semuanya menjadi lebih jelas!"
"Kalau bodoh?"
"Bodoh adalah seseorang yang ketika ia belajar akan selalu kembali lagi menjadi bodoh! ibarat sebuah keledai ia akan jatuh kedalam lubang yang sama!"

"Pintar juga kau! kalau begitu aku bodoh!"
"Paman, kau lihat bulan itu?"
"Iya, kenapa?"
"Paman tahu kalau sebenarnya ia tidak bercahaya?"
"Tentu tahu anak kecil! Itu adalah cahaya matahari yang memantul dari sisi bumi siang hingga kemudian ia bercahaya sebagai pertanda malam."
"Apakah paman tahu?, kata ayahku itulah yang disebut harmoni atau keselarasan dimana malam tidak pernah bertemu siang namun tidak saling iri satu sama lain."

"Jika aku melihat bulan, aku seperti melihat masa laluku."
"Kenapa begitu paman?"
"Karena terhadap bulanlah aku percaya bahwa suatu saat jodohku sedang menatap bulan yang sama, dan itu aku belajar dari ayahku."
"Kau tahu paman? aku duduk disini sama seperti paman, berharap ayahku melihat aku sekarang lewat pantulan cahaya bulan."
"Emang kemana ayahmu?"
"Aku tidak tahu paman, beliau meninggalkanku saat aku masih kecil, beliau selalu membawaku ketempat ini dan bilang bahwa bulan adalah sebuah media komunikasi yang baik, dia yang akan membawaku kepada kedewasaan berpikir dan paham makna harmonisasi dunia. Ada siang maka ada malam"
"Aku belum dewasa ternyata!"
"Kenapa paman?"
"Aku belum paham makna keselarasan."

"Paman?"
"Iya anak kecil yang sudah dewasa."
"Hari ini bulan itu untuk paman, paman lebih membutuhkannya."
"........"

No comments:

Post a Comment