Tuesday, February 14, 2012

Pagi #4

Kini aku berdiri sendiri di sore yang hampir gelap dan penuh dengan kehampaan yang aku tak bisa mengerti apa dan dimana. Aku hanyalah sebuah kemarahan yang diam dan selalu terucap dalam hatiku yang bergejolak menghantam puing-puing dalam relung hati yang merupakan nyawaku selama ini. 

Dentuman perang kegelisahan merambat begitu cepat dan menyiksaku perlahan tanpa aku sendiri bisa mengetahuinya. Apa aku bisa menebak dan tahu kegelisahan dan ketakutanku, mengerikan ketika segala sesuatu merubah gambaran surealisme yang aku coba yakini dalam pertahanku yang hampir lapuk karena usia, aku hampa, aku kelam, aku hitam dan aku selalu di bayangi dengan kegalauan, kepedihan dan kesedihan. 

Tak seorangpun tahu, bukan aku, bukan kamu dan bukan kalian semua wahai alam yang kelam, cuaca yang gelap dan kuyup karena derasnya air hujan masa lalu yang terus dan terus menikamku berulang-ulang kali. 

Kemudian………. 

Aku kembali terdiam setelah ku keluarkan isi dalam kepalaku ini, aku hanya merasakan basahnya, aku hanya mencoba bertahan untuk tidak terus terpuruk dan menggali kuburanku sendiri. 

Aku berjalan sendiri dan aku rasakan betapa adilnya dunia ini ketika aku mulai harus bisa tahan terhadap rasa pedih yang kian lama kian meluluh lantahkan perasaanku, tapi aku mencoba untuk tak gentar, aku terus berjalan walaupun hanya gelap yang aku kenal dan aku geluti setiap harinya sampai pada satu titik gulita dan aku terbangun dari alam gelapku, tapi hujan masih kembali lagi turun…!!!! 

Gambar ini akan aku simpan baik dengan segala rasa yang telah aku pendam agar suatu saat kelak aku bisa keluar pada saat aku berusaha menggali kuburanku. 

Hei……… Aku masih bernafas!! 

Aku masih hidup!! 

Dan, 

Malam yang hampir pagi ini akan terus berlanjut…..

No comments:

Post a Comment