Sunday, February 5, 2012

Dalam cangkir kopi

Ku pakai genderang telinga saja seperti tertabuh genderang perang
biar saja dia mendengar lagi dentumannya
sementara hati tak pernah peduli
aku saja tidak pernah berpikir besok
hanya kali ini aja aku berpikir besok hari jum'at
atau mungkin lebih pada lengkung waktu
untuk mengerti
memahami arti dari satu titik waktu yang kau tunjukan
pada jam 11 siang saat aku bisa membaca
tidak dengan terburu-buru
aku tetap tidak tahu bahkan bodoh sekaligus
lalu kubuat kopi siang itu
di ujung gedung tempat aku bisa melihat ke barat
aku pun menjauh dari hujan ke timur
matahari diam
sementara aku menjadi esok hari dengan bingung

Sial... aku menjadi esok
aku lupa bermimpi padahal aku tidak tidur
mengkait dunia dengan tangan terikat
aku sudah belajar diam dari bahasa
aku menulis kemudian
telinga sementara mendengar
mereka menilaiku dari kacamata
bukan gagasan yang beda atau juru kemudi hidup

Aku meminum habis kopinya
lalu aku hidup sekarang
mungkin pahitnya akan ku ingat besok
sementara aku adalah hari ini
Saat terakhir mengingat malam aku menjadi aku
lalu besok aku siapa dengan kau
jika aku harus sendiri, kau dengan siapa
apa aku harus peduli kemudian>

Mungkin adalah peluang, perupa waktu
dan aku adalah garis tangan dalam lukisannya
aku tidak ingin tahu
aku ingin paham dan mengerti
jika ini dan jika itu adalah cangkir kopi
Sial lagi aku berpikir dan menuju kepikiran

Besok aku beli bunga
edelweis yang kubawa dalam tasku
aku berbuat melebihi hukum hijau
tapi aku tahu ini untuk kau
jadi biarlah ini waktu yang salah
sepanjang bukan sesalku
dalam berjibaku dengan kata
maka kenalkan ini aku
Hai... nama aku adalah aku
dan kawan-kawan sekian aku berada dalam aku
tidak terkurung tapi mengurung aku
berjalan diatas aku sementara dia tidak
jadi biarkanlah
aku sementara mempunyai waktu
tanpa berpikir besok
aku

No comments:

Post a Comment