Friday, February 10, 2012

Anomali dan menjadi orang biasa

Aku hidup ditengah tengah manusia, lalu apakah aku? apakah aku bisa membaur dengan manusia? aku masih menjadi manusia kan? atau orang? entahlah aku sedang dilema dengan materi kemanusiaan itu sendiri. Setidaknya aku paling normal diantara manusia manusia itu. Para manusia itu takut hujan sedangkan aku tidak aku senang berdansa dengan hujan, setidaknya mengingatkan aku untuk mandi dan langsung bersentuhan dengan alam.

Mereka begitu peduli dengan apa yang terjadi disekeliling mereka dan itu menjadikan manusia mempunyai sifat kemanusiaan, sedangkan aku? tidak peduli, apakah aku bukan manusia tanpa kemanusiaan, aku tidak peduli dengan pakaian yang menempel di tubuhku ataupun potongan rambut jambul atau ayam jago seperti yang kulihat di majalah majalah mode. Hal yang mudah bisa sangat sulit dihadapan mereka, aku saja  bisa membaca pikiran mereka dan pertanyaannya adalah apakah pikiranku hanya terbaca oleh psikiater di rumah sakit tempat aku di rawat?

Kata dokter aku mengalami sakit kemanusiaan, padahal aku tidak merasa seperti itu. Setiap hari aku dihadapkan pada psikiater yang mewawancara aku dan semua masalah yang aku alami padahal sudah jelas aku sedang menikmati hidup tanpa beban. Mereka bilang aku sakit mental, mental itu apa? tidak kuat mental menghadapi kekalahan atau kemenangan? aku sendiri tidak berniat mengikuti lomba.

Aku punya teman dalam mimpiku walaupun secara ilmiah entah benar atau tidak orang sepertiku boleh bermimpi. Tapi aku berhasil bermimpi, bahkan aku gantungkan di atas langit kemudian kuikatkan sarung untuk tempat aku berayun ayun. Namanya adalah Simul, awalnya namanya Angela tapi karena nama tersebut hanya cocok digunakan untuk nama manusia aku mengganti namanya jadi Simul dalam bahasa Itali berarti kebersamaan. Simul adalah seorang perempuan  berparas bidadari, dia memakai pakaian warna putih dan kedua sayap kupu kupu di punggungnya, tapi entah benar sayap kupu kupu atau bukan aku tidak tahu karena kelihatannya seperti sayap pesawat terbang jika diperhatikan lebih seksama.

Simul adalah satu satunya teman, pacar, ibu dan sosok perempuan yang selalu setia ada di sampingku entah saat aku sedang buang air besar atau saat lagi tidur sekalipun. Satu satunya saat dia tidak ada adalah ketika aku sedang berada di tempat gelap, sepertinya dia sangat takut dengan kegelapan.  Dia sering bicara denganku saat psikiater sedang mewawancaraku, bahkan saat psikiater itu bicara aku lebih pilih mengagumi wajah Simul yang malu malu.  Kejadian itu berulang terus menerus hingga akhirnya psikiater sudah merasa lelah bicara ia akan mengirimku kedalam kamar bersama Simul, kami bisa bercumbu di dalam kamar.

Aku bisa membaca, keesokan paginya dalam list yang terpampang dikamarku sudah ada tulisan baru bahwa akj mengidap 'penyakit jatuh cinta dengan bayangan'. Entah apa artinya itu tapi nama Simul lebih bagus dari pada aku harus memanggilnya bayangan.

Dokter sering membuat ilustrasi di selembar kertas kemudian menggambar orang yang berada dibawah, pada bagian atas dia menggambar langit kemudian menggambar banyak orang di atas langit itu. kemudian dia bercerita sambil menggambarkan tangga dari gambar aku menuju ke atas langit tempat orang orang itu berada. Dia bilang bahwa tangga itu adalah proses kesembuhanku, setiap harinya dia membuat gambar itu dengan anak tangga yang berjumlah sama, dia juga bilang ketika dia sudah menggambar bahwa gambar aku meniti di anak tangga terakhir maka itulah saatku keluar dari istanaku. Aku tak mengerti sedikitpun gambar itu karena setiap dia menggambar aku bukan mendekati langit malah makin menjauhi langit dan anak tangganya malah bertambah. Dia tidak menjelaskan sedikitpun tentang itu, aku pikir dia hanya bodoh saja dan tidak konsisten dengan pernyataannya atau jangan jangan dia jatuh cinta dengan Simul?!. Sial aku cemburu!

Besoknya aku dandani Simul menjadi seorang laki laki dan jika ada dokter aku berpura pura tidak melihat Simul, terus berulang ulang bahkan saat di depan psikiater pun aku melakukan hal yang sama dan anehnya gambar si dokter pun berubah aku semakin mendekati langit.

Simul kini beralih rupa menjadi seorang laki laki berpakaian hitam, tentu untuk mengelabui para dokter, tapi kini aku tak pernah tidur ditempat gelap dengan harapan bisa menghabiskan waktu dengan Simul.  Di dindingku ada cermin yang besar, kata dokter setiap hari aku harus berkaca supaya aku bisa mengenal diriku sendiri. tapi bukannya aku mengenal diriku yang ada adalah aku melihat Simul berlaku aneh, dia selalu mengikuti gerak gerakku, bahkan saat aku tidur di ranjang dia ikut tidur di ranjang tentunya aku tidak mau karena Simul saat itu sedang menjadi sosok laki laki, akupun pindah kebawah ranjang tapi Simul mengikuti.

Setiap hari aku harus dilema dengan keadaan seperti itu, tapi aku tidak bisa mengubah Simul menjadi perempuan lagi atau para dokter akan tergoda dengan kecantikannya. Aku menjadi benci dengan Simul dan menganggap dia tidak ada walaupun dia selalu mengikuti kemana aku berada.

Kian lama aku menjadi pemurung dan gambar yang ditunjukin dokter aku semakin mendekati langit dimana orang banyak berada. sampai saat aku sampai atas dan aku diperkenankan keluar dari istanaku.

Apakah aku menjasi manusia sekarang? karena di keramaian tempat aku berada sekarang semuanya belum berubah, semua masih sibuk dengan urusannya masing masing dimana keserakahan menjadi alibi ketidak puasan manusia secara sifat.

Bingung aku! tapi aku tidak mau kebingungan karenanya, aku berpikir tapi aku tidak akan berpikir sampai kepikiran. Bisa gila aku!!!!!

No comments:

Post a Comment