Saturday, October 29, 2011

Diam


Bila langit malam adalah jendela maka biarkan terbuka seperti laju nafas yang menghirup udara serta bias cahaya yang diam terpendar, diam namun bersuara. Kemudian bangunkan aku kembali seperti pagi saat di ufuk timur sana sebuah bintang saja yang ternampak meninggalkan bulan yang terlalu pagi untuk beranjak.

Tulisan angin yang tercetak pada embun pagi itu adalah hati yang enggan bersembunyi walau harus hilang saat matahari terbangun dan menatap tajam hari, lalu pohon yang telah ter-tebang akan kemudian bangkit menebarkan benih harapan di atas tanah dan langit yang menyiraminya. 

Bila saja sadar akan tanda yang melenggang seperti laju waktu tentu saja manusia akan tahu mana yang akan jatuh dan kemudian tumbuh atau bahkan mati tanpa ada ke-kekal-an diantaranya.

Untuk mengerti saja perlu pikiran serta hati yang menatap jauh menggali sumur pada kedalaman antara tanah yang terbuang namun bukan mati tetapi kesadaran akan hidup dalm pengenalan diri. Sementara bercakaplah pada pantulan air dari embun fajar yang hampir hilang lalu tanyakanlah siapa yang ada di belakangmu.

Jangan kau bilang seandainya saja jika nurani saja tanpa kata apalagi bicara, biar saja rumput menghijau dilapangan kesadarannya tanpa ada cangkul untuk menggali siapa aku dengan duniawi.

Jika ada sebuah pagar yang terbentuk darimu yang mengurung siang hari lalu tanyakan pada angin yang berhembus, kapan ada musim gugur yang akan memupuk subur tanah kami sehingga kelam akan tumbuh berganti menjadi generasi baru dengan pribadi yang penuh cinta atau bahkan tercipta karena seorang perempuan yang bersembunyi dibalik tirai mengamati namun juga membenci.

Lukisan pagi hari setelah kau baca simpanlah di lemari hati dengan kejernihan cara pandangmu mengingat Tuhan dalam penelusuran dirimu untuk kemudian tanyakan darimana dirimu berasal serta kepadaNya lah kamu akan kembali dengan garis takdir yang terbentang sementara kedua kaki dan tanganmu berusaha menyempurnakan rencana garis yang telah kau tata. Bukan kemudian untuk mengeluh pada seekor sapi yang sedang merumput di padang savana tempat yang kau akan tuju namun lebih pada rasa syukur terhadap apa yang melekat pada raga.

Jika kau mengadu tentang cinta lalu datanglah pada puncak semeru yang dingin dan kemudian lihatlah kebawah, sejauh mana kau sudah melangkah dalam pendakianmu hanya untuk melepaskan nafas atau mengagumi semua ciptaanNya seperti halnya cinta kau terhadap hidup dan seorang perempuan yang sama sekali tidak mencintaimu.

Lalu buka kemudian matamu sementara orang lain datang dan membencimu, apa yang akan kamu pedulikan dari badanmu yang hampir lapuk karena usiamu serta kesendirianmu? apakah angin saja mampu menghempaskanmu kepada titik nadir seluruh hidupmu dan mengembalikan semua mimpi dan melukis hidup yang kemudian tanpa sadar kau akan berkata bahwa itu hanya sebuah cinta dan nilai ketulusan sementara kau tidak memerlukan nilai yang sempurna di mata manusia atau bahkan yang akan menjauhkanmu dari masyarakat manusia dan kembali bercengkrama dengan pepohonan di ketinggian Sindoro-Sumbing seperti sediakala saat layunya bunga edelweis adalah saat hari bukan tanpa hujan.

Biar saja burung yang diam bernyanyi dalam hati yang sebetulnya dia sedang berbicara siapakah kau datang tiba-tiba tanpa asa rasa kemudian meminta seseorang dari kaum manusia untuk mencintaimu. Jangan bohong awan hitam itu mungkin saja mengandung hujan namun ia juga hanyalah kepulan asap yang bermuatan listrik sehingga pada suatu ketika petir akan menyambar pada hari hujan ataupun pada hari mendung, sedangkan pada hari tanpa awan tentunya langit tidak berwarna biru karena yang berwarna biru adalah langit dan kembali pada refleksi hari sebagai penyadaran bahwa dirimu adalah dirimu.

Buat anak-anakku kemudian.

Kekuatan hanya sebuah bilangan begitu juga waktu yang seharusnya bentangan panjang dan durasi nya dapat terukur oleh skala manusia, lalu tanyakanlah seberapa teguh kau dan hatimu, pikiranmu atau bahkan rasa cinta terhadap ibumu?

Saat tangisan sang ibu memecah rindu atau saat tercinta membawakanmu secangkir teh hangat pertanda cinta sudah dimulai dan sadar bahwa mimpi adalah sebuah bejana yang kau isi dengan harapan dan doa sementara bentangan waktu hanya sebuah angin yang berlalu di depan hidungmu kemudian meninggalkanmu tanpa asa kata atau bahasa.

Diam.

No comments:

Post a Comment