Wednesday, June 1, 2011

kopi dan cinta bag.1

"kutemukan ternyata tidak jauh diberanda". ungkapan ini terlahir dari seorang yang aku nilai sangat subjektif dan objektif yang pernah aku temui selama masa pencarianku...(walo sebenarnya aku juga ga tau cari apa).

ucapan ini diucapkan oleh seorang tokoh yang bernama bang rojali terhadap istrinya yang notabene menjadi ibu rojali sekarang. Beliau adalah penjual kopi disebuah warkop di bilangan kebayoran lama tempatku menghabiskan waktu dengan belajar filosofi dari sebuah "kopi" yang pada akhirnya kutemukan beberapa korelasi yang kurangkum sendiri yakni antara "kopi" dan "cinta".

Bang rojali maupun Ibu rojali adalah orang betawi asli yang hanya mengenyam pendidikan di sekolah rakyat tempoe doeloe, beliau tidak mempunyai anak namun mempunyai beberapa anak asuh dan sangat hidup sederhana bersatu sama warkop miliknya.

nah yang paling menarik adalah.. dari setiap suguhan kopi kepada pelanggan2nya bang rojali maupun istrinya sering mengeluarkan kata2 yang jikalau kita telaah lebih jauh merupakan nilai filosofis dari kopi itu sendiri yang kemudian berkorelasi menjadi "cinta".

pertama kita bahas satu statement atau kalimat percakapan mereka yang paling diinget ma gw...

dialog antara 3 orang :
Bang rojali : "Bud... Kopi itu kaya cinte" (dengan logat betawi)

Gue : "Cinte darimana bang? pahitnye sih sama......"

Bu rojali : "Cinte itu bener kaya kopi... kadang bisa berbentuk jelek namun rasanya bakal diinget trus"

Gue : (masih binguuuung) "emang bentuk cinta apa bu?"

Bu rojali : sejurus kemudian mengambil satu gelas kosong, diisinya kopi, tambah gula sedikit trus diseduh pake aer panas, lalu dikasihin ke Bang rojali yang lagi bengong nyeruput rokok lintingan murahan punya dia. lalu sambil noleh dia ngomong "Ini, cinta!"

Bang rojali : cuma senyum n bilang "ini baru istri yang baek!" sambil noleh ke arah gw

Gue : (melongo....takjub seakan menjadi orang yang paling bodoh!)

nah... dari percakapan diatas, begitu banyak makna yang bisa gw petik dan pelajari secara filosofis dari mulai bu rojali mulai mengambil gelas sampai dengan memberikannya ke Bang rojali itu didasar oleh sebuah cinta yang tak berbentuk namun nyata ada diantara dua orang manusia siapapun itu.

sebuah simbol pengabdian dari seorang istri untuk suami penuh dengan rasa tulus dan keyakinan bahwa suami akan menerima kopi tersebut tanpa akan mengeluh kopinya tersebut pahit atau tidak.

kemudian dari rasa kopi itu sendiri sebuah bentuk pengertian dari seorang istri yang tentunya mengetahui rasa atau selera dari seorang suami yang mempunya kegemaran kopi.

hebat bukannnnn?????

kata aku sih hebat, super bin ajaib..... well overall this is the first step I'll continue about Love and Coffee in another dialog between Bang rojali, bu rojali, me and the others....

to be continued



No comments:

Post a Comment