Saturday, September 17, 2011

Hujan dan tanya

Seperti halnya malam dia tak bercerita untuk semua orang tahu bahwa malam hanyalah sebagian malam yang menggantikan siang sebagai bahasa yang berujar kata-kata diam dan kegelapan yang tidak secara sadar membawa kesedihan, diam dalam bahasa atau berbicara tanpa rasa.

Angin kemarau yang sejak berhembus membawa amarah tak bersahabat dengan hujan, saat dongeng sebelum tidur berwacana telinga diam melangsungkan pernikahan dengan senja seperti terbitnya matahari untuk tenggelam kembali.

Untuk punya nama, aku tak punya cerita pada anak cucuku yang sebelum lahir dia tak mau berima dalam tangisnya. lalu kemudian apakah kau akan mengeluhkan kembali tentang cinta yang tak pernah kau temukan.

Biar hujan hari ini menjadi mata untuk badanku yang melihat tanpa mengeluh dan tanpa hati. Pendalaman bahasa tentang hujan ini cukup membingungkan aku seperti setiap malam dalam doaku, dia menjawab kau hujanku tapi aku tidak tenggelam dalam kebingunganku.

Apa pernah hari ataupun waktu berjalan sesuai dengan ingin kau, mencari bahasa yang tak pernah kau mau atau hanya mencuri sedikit saja dari keselarasan waktu terhadap hati mu yang tak pernah ku tahu?.

Kau datang  seperti hati yang tak pernah bersedih, bahkan seperti kau membawakan hujan untukku dalam hidupku. lalu aku?

Diam!!

No comments:

Post a Comment