Friday, March 2, 2012

Tentang Sebuah Meja dan Hal yang Terlupa (Antara Mengerti dan Tidak harus Mengerti)

Meja

Tidak berukur
sedikit berbentuk tapi seni terlihat

Aku setengah tertawa
diantara mata yang menatap sahabat
sejenak setengah menangis secara bersama

Perkawanan tidak bersahabat
entah kemudian hilang dalam satu bingkai
mungkin saja aku hidup
tanpa batas melintasi meja

Resonansi suara
berkuasa saat sarapan
dengan cinta piringpiring mulai terbuka
sudah sangat jelas aku harus memasang telinga
demi kebanggaan mata sang ayah ibu

Saat peradilan aku terampuni
bukan meja hijau atau biru yang terlihat
mengakui dan menebusnya
Ayahku sempat meggebrak meja
aku kehilangan satu minggu
tapi tetap makan di meja yang sama

Aku berhormat lagi
seperti seseorang menjelang
akupun tidak harus tunduk
tapi harga tetaplah harga
suatu saat ku beli teh yang paling manis
biar mereka tidak segan untuk datang lagi

Meletakan mata pada ujung sembunyi
etika dan tata krama yang terlukis
aku belajar tanpa membayar
aku makan tanpa mengeluh
aku menata kopi di atasnya
perlambang pengabdi dan hormat
jadi biarkan dia melihat dengan terbuka tangan

No comments:

Post a Comment