Thursday, May 12, 2011

cantik bag.4

Pengalaman "keindahan" sering melibatkan penafsiran beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman subyektif, sering dikatakan bahwa beauty is in the eye of the beholder atau "keindahan itu berada pada mata yang melihatnya.

Bahkan pada masa-masa tersebut ada beberapa penelitian yang mendeskripsikan kata “cantik” itu dengan menetapkan standar bahwa cantik itu adalah lebih merupakan deskripsi dari eksplorasi tubuh perempuan. Namun kemudian orang-orang dipengaruhi oleh gambar-gambar yang mereka lihat di media untuk menentukan apa yang cantik atau tidak cantik. Banyaknya kaum feminis yang menggilai hal tersebut dan tidak sedikit diantaranya membuat sesuatu yang tidak cantik menjadi cantik dengan berbagai macam cara terlebih setelah ditemukannya teknologi bedah plastik yang memungkinkan seseorang merubah bagian-bagian tubuhnya yang dianggap kurang menarik.

Wanita yang elok rupanya disebut "cantik" atau "ayu", sementara pria yang rupawan disebut "tampan" atau "ganteng" di dalam masyarakat. Sifat dan ciri seseorang yang dianggap "elok", apakah secara individu atau dengan konsensus masyarakat, sering didasarkan pada beberapa kombinasi dari Inner Beauty (keelokan yang ada di dalam), yang meliputi faktor-faktor psikologis seperti kepribadian, kecerdasan, keanggunan, kesopanan, kharisma, integritas, dan kesesuaian, dan Outer Beauty (keelokan yang ada di luar), yaitu daya tarik fisik yang meliputi faktor fisik, seperti kesehatan, kemudaan, simetri wajah, dan struktur kulit wajah.

Ada beberapa gerakan budaya yang sangat terpengaruh dengan kata-kata “cantik” itu, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh sebagian orang bahwa ras-ras campuran sering dianggap lebih menarik daripada orang tua mereka karena keragaman genetik mereka, sehingga banyak pula yang beramai-ramai melalukan trans genetika melalui perkawinan antar ras. Baik itu ras berkulit putih, merah ataupun ras berkulit hitam. Hal tersebut dipercaya untuk melindungi mereka dari kesalahan warisan orang tua masing-masing.

Konsep kecantikan pada laki-laki dikenal sebagai “bishōnen” di Jepang. Bishōnen mengacu pada laki-laki dengan fitur khas feminin, karakteristik fisik ditetapkan sebagai standar keindahan di Jepang dan biasanya dipamerkan dalam budaya pop mereka.

cantik bag.3

Cantik adalah sebuah ketenangan dimana setiap orang yang terpesona akan indahnya akan menjadi diam dan memaknai bahwa Tuhan Maha pencipta yang telah menciptakan sesuatu hingga rasa galau atau gelisah akan pudar saat menatap kecantikan itu, seolah bahwa semua menguap dan terlupakan bahkan sekalipun sedang dilanda kemelut apapun. Cantik adalah Jiwa yang tenang.

Cantik adalah sebuah gambaran deskriptif tentang mata seseorang yang diam dimana tak pernah tergambar lukisan sendu dimata seseorang. Sebuah energi yang begitu berwarna warni dari setiap sudut matanya, seperti makna bahwa hidup ini terlalu indah untuk dijalani dengan tangisan, cantik itu lebih pada sebuah semangat yang terpancar dari mata seseorang yang memandang hidup jauh kedepan. Menjalani hidup dengan suka cita pada hari ini dan menatap rencana masa depan dengan penuh optimistic serta keyakinan bahwa semua telah digariskan dalam keselarasan kehidupan.

Cantik merupakan suatu symbol dimana symbol tersebut diletakan pada kasta tertinggi dari semua kasta manusia bahkan melebihi penggambaran sebuah pengertian cantik dari seorang bidadari yang kerap menjadi lambang keindahan. Cantik adalah symbol dari sebuah rasa cinta yang sampai sekarang tak pernah terartikan dari seorang manusia terhadap pasangan jenisnya. Cantik juga berarti kendali terhadap cinta itu sendiri yang dapat membuat seseorang bertekuk lutut sebagaimanapun perkasanya seorang laki-laki.

cantik bag.2

Masih pada ajaran filosofis peningkatan minat pada kecantikan dijadikan sebagai subjek filosofis. Sebagai contoh, filsuf Skotlandia Francis Hutcheson berpendapat bahwa kecantikan adalah kesatuan dalam keragaman dan variasi dalam kesatuan. Para penyair Romantis, juga, menjadi sangat peduli dengan sifat keindahan. Dan hal tersebut telah menjadi perdebatan banyak orang mengenai pendeskripsian “cantik” itu sendiri, baik secara filosofis maupun hanya sebagai penilaian deskriptif terhadap sesuatu.

Sebuah buah yang matang (pada waktunya) dianggap indah, sedangkan seorang wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau seorang wanita tua mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik. Dalam bahasa Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk "muda" dan "usia matang."

Jaman semakin berkembang, dan begitu banyak pula metode-metode empiris yang mengungkapkan kata cantik itu sendiri, namun dari masa ke masa standar kecantikan selalu berkembang, berdasarkan budaya yang menganggap sesuatu itu sangat berharga. Lukisan sejarah memperlihatkan berbagai standar yang berbeda untuk kecantikan. Namun, secara deskriptif cantik itu lebih identik pada manusia atau perempuan yang relatif muda, dengan kulit halus, tubuh proporsional baik, dan fitur biasa, secara tradisional dianggap paling indah sepanjang sejarah.

Pada jaman-jaman pertengahan kata cantik lebih di identikan dengan kata “mahal”, yang tersurat dengan lahirnya seniman-seniman baik itu pelukis maupun pembuat karya patung. Dan karya-karya mereka yang terkenal dengan karya seni yang cantik dan dikenal oleh seantero bumi kita, sebutlah lukisan Monalisa dan lukisan-lukisan lain yang menggambarkan sebuah kecantikan dan tentunya karya seni tersebut juga bernilai sangat mahal karena banyak diburu oleh penyuka objek yang mempunyai kecantikan luar biasa.

cantik bag.1

Sesungguhnya betul bahwa kesempurnaan hanya dimiliki oleh Allah SWT, yang telah menciptakan alam semesta ini dengan begitu detail dan selaras. Baik itu perpaduan antara hitam dan putih ataupun pasangan-pasangan yang ada didalamnya, seperti halnya seorang laki-laki yang berpasangan dengan seorang perempuan.

Sebuah kecantikan yang maha sempurna. Namun kendatipun begitu sempurnanya kecantikan dan keselarasan alam ciptaan Allah SWT ini, kita sebagai manusia memiliki penafsiran dan pengartian dari kata “cantik” itu sendiri. Cantik secara universal adalah sebuah keindahan dimana segala sesuatunya berjalan harmonis dan sejalan, semua berlaku pada tempatnya, kata “cantik” yang mempunyai arti yang lebih luas merupakan penilaian terhadap seorang perempuan dari seorang laki-laki. Penilaian tersebut lebih pada didasarkan kesukaan seseorang terhadap sesuatu. Secara umum pengertian cantik dinilai dari pandangan kebanyakan laki-laki seseorang yang mempunyai wajah proporsional dengan mata yang indah, hidung yang mancung dan bibir yang menawan serta perawakan yang membuat semua pria tergoda jika melihatnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.

Sebuah filsafat Klasik mendeskripsikan arti kata cantik dalam sebuah perumpamaan sebuah patung laki-laki dan perempuan yang diartikan bahwa “keindahan manusia yang ideal” yang kemudian pendapat tersebut mengarah pada apa yang dikenal sebagai "ideal klasik". Dalam hal keindahan manusia atau kecantikan seorang perempuan disebut sebagai "keindahan klasik" atau kata untuk memiliki "keindahan klasik", sementara dasar yang diletakkan oleh seniman Yunani dan Romawi juga diberikan standar untuk kecantikan laki-laki dalam peradaban barat. Kemudian pada saat jaman Renaissance dan Humanisme menolak pandangan tersebut, dan keindahan dianggap sebagai produk ketertiban rasional dan harmoni proporsi.

antara kecewa dan bodoh

bahwa memang betul disebutkan hanya sebuah kekecewaan yang melahirkan kebodohan, buktinya setiap orang yang menelan rasa kecewa telah lupa bahwa dirinya lupa untuk bersyukur. hanya saja menatap kedepan itu lebih susah daripada melihat kebelakang dan ternyata itu berlaku untuk semua orang tidak sedikit orang yang hidup kemudian harus menelan pedihnya mengingat masalalu yang notabene pedih tentunya kelam. sungguh ironis namun fakta!

Trauma yang menahun adalah sebuah kebanggaan "katanya", dan dengan itu pula sebuah pemikiran bahwa rasa trauma itu takan kembali menancap pada sebuah lubang yang sama atau dengan kata lain "tak mau menjadi keledai dalam satu fase kehidupan". apakah itu dibenarkan? entah.....

tentunya semua orang mendambakan hidup yang lebih baik dari sekarang bahkan dari masalalunya, namun yang kerap menjadi pertanyaan bisakan kita melawan kebodohan itu dan menjadi pintar dengan memandang kedepan? kembali ragu.............

yang lebih miris lagi adalah kita yakin betul tahu bahwa hal demikian itu salah, tapi ternyata kita lebih suka dibodohi dan membodohi diri sendiri, hingga akhirnya bukan saja stagnan berdiri kita namun cenderung menuju kehancuran akibat mengingat masa lalu yang kelam.
aneh kan?.............

ada pepatah "hari kemarin adalah masa lalu, hari sekarang adalah menikmati dan hari esok adalah berencana".
masa sih?.................