Thursday, May 12, 2011

cantik bag.2

Masih pada ajaran filosofis peningkatan minat pada kecantikan dijadikan sebagai subjek filosofis. Sebagai contoh, filsuf Skotlandia Francis Hutcheson berpendapat bahwa kecantikan adalah kesatuan dalam keragaman dan variasi dalam kesatuan. Para penyair Romantis, juga, menjadi sangat peduli dengan sifat keindahan. Dan hal tersebut telah menjadi perdebatan banyak orang mengenai pendeskripsian “cantik” itu sendiri, baik secara filosofis maupun hanya sebagai penilaian deskriptif terhadap sesuatu.

Sebuah buah yang matang (pada waktunya) dianggap indah, sedangkan seorang wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau seorang wanita tua mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik. Dalam bahasa Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk "muda" dan "usia matang."

Jaman semakin berkembang, dan begitu banyak pula metode-metode empiris yang mengungkapkan kata cantik itu sendiri, namun dari masa ke masa standar kecantikan selalu berkembang, berdasarkan budaya yang menganggap sesuatu itu sangat berharga. Lukisan sejarah memperlihatkan berbagai standar yang berbeda untuk kecantikan. Namun, secara deskriptif cantik itu lebih identik pada manusia atau perempuan yang relatif muda, dengan kulit halus, tubuh proporsional baik, dan fitur biasa, secara tradisional dianggap paling indah sepanjang sejarah.

Pada jaman-jaman pertengahan kata cantik lebih di identikan dengan kata “mahal”, yang tersurat dengan lahirnya seniman-seniman baik itu pelukis maupun pembuat karya patung. Dan karya-karya mereka yang terkenal dengan karya seni yang cantik dan dikenal oleh seantero bumi kita, sebutlah lukisan Monalisa dan lukisan-lukisan lain yang menggambarkan sebuah kecantikan dan tentunya karya seni tersebut juga bernilai sangat mahal karena banyak diburu oleh penyuka objek yang mempunyai kecantikan luar biasa.

No comments:

Post a Comment