Sejenak aku menatap hampa, berdiri dalam kegelapan, seperti dunia ini telah memutarbalikan masa lalu yang takjub pada kecanggihan teknologi penerangan yang menerangi kota ini, namun berbeda dengan saat ini dua batang lilin kecil yang hampir habis menemaniku pada malam ini dalam sebuah potret kehampaan tanpa teman untuk saling berbagi, tanpa kata dan tanpa bahasa, yang ada hanya cahaya remang suara gemericik gerimis yang mulai membasahi bumi.
Jika ini adalah sebuah karangan sesaat aku ingin memutuskan untuk berhenti menulis, tapi aku sendiri bahkan tak bisa menyangkal bahwa ini adalah cerita kehidupanku. Tiupan angin malam begitu kencang seolah ingin membubarkan keramaian dalam lingkup pikiranku, api yang menyala-nyala ini menggambarkan kegundahanku, kegelisahan yang tetap saja aku tak tahu, aku tak pernah tahu apakah ini adalah kerinduanku atau sebuah cambukan keras yang sesaat membutakan aku dari berbagai peristiwa yang seharusnya aku alami dan aku lewatkan begitu saja tanpa melakukan apa-apa…..
Ah…. Hidup ini sungguh aneh, setelah aku merasa menemukan suatu yang hilang dalam bagian hidupku yang kini datang dan menghilang begitu saja, ya… aku kemudian kehilanganmu.
Tulusnya cinta ini kini bukan sebuah harga mati karena untuk sekali lagi aku tak pernah menginginkan cinta sejati, aku hanya ingin ada orang yang mencintaiku untuk sekali saja.
***
Satu bulan lebih waktu ini terlewatkan, terasa sangat menyesakkan setelah kita berbicara tentang perpisahan kita, semua penuh sesak dengan bayang-bayangmu bahkan selama itu juga aku tak tahu apakah aku harus terbuai dalam suasana mimpi yang selalu menampakan bayangmu, aku tahu kamu siapa dan tak pernah tahu tujuanmu menghela nafas-nafasku serta mencibir semua omongan ku serta membelah tiap tetes keringat yang mengucur dari otakku.
Ingin sekali lagi kuteriakan “mengapa?”, tapi aku tak pernah sanggup berkata dengan lensa waktu yang semakin condong kedepan dan tak tahu kapan akan kembali konstan. Aku bahkan tak berani untuk muncul lagi kepermukaan sebagai seorang manusia yang sedang mencari cinta. Apa ini semua hanya sebuah bentuk deskriptif dan imaginatif yang kuciptakan sebagai realita dunia?, apa ini semua hanya sebuah karya kecil bagi diriku yang gagal dan telah terkontaminasi baik secara fisik maupun pikiran?. Mungkin semua itu hanya sebuah kesalahan yang semu, terkadang keruh terkadang pula jernih karena kotoran-kotoran yang ada telah mengendap dibawah. Aku juga tahu itu semua bukan kebohongan sistem, karena aku merasa hidup dalam demokrasiku yang sedikit demi sedikit kini terkikis oleh keegoisan yang hampir menjelma sempurna.
Lalu…..
Kapan aku akan mulai lagi terbangun dalam keadaan segar dan bugar, mulai memikirkan diriku sendiri, dan mulai membangun jerih payah yang selama ini tertunda walaupun harus aku mengulang dari awal lagi, mulai mempercayai sebuah keindahan ataupun kesempurnaan hidup yang penuh dengan “isme-isme” yang mengendap pada tiap kepala manusia. Aku sendiri akan berusaha untuk tidak terkejut dengan apa yang kau miliki sekarang, sebelum atau sesudah ada kamu disisiku. Aku meyakini sesuatu yang hidup dalam keyakinanku, yang mungkin lebih beradab dalam pandanganku dan sesuatu yang bisa menyelamatkan aku. Inilah sesuatu yang selama ini mengendap dan sesuatu yang selama ini saling kejar mengejar antara keyakinan dan kegetiran hidup karena aku tahu betul hidup ini tidak begitu kejam saat kau mengetahui essensimu sebagai manusia, hanya saja jalan yang ada terkadang terlalu berkelok-kelok dan terkadang tanpa arah. Itulah hidupku yang sekali dan dua kali terus menerus memutar roda jaman dari garis permulaan, kemudian ada isi, isu dan sebagainya dan diakhiri dengan penutup disertai lampiran-lampiran yang begitu panjang sebagai saksi perjalanan sang waktu. Aku hanya takut pada tiap gerakan waktu yang terus menyeretku hingga keterbelengguan ini berubah menjadi kebebasan yang menyakitkan dan menyeretku pada lobang hitam yang tak akan pernah ada ujungnya.
No comments:
Post a Comment