Satu cerita tentang sebuah surga kecil yang kunamakan persahabatan, yang selalu hadir untuk berusaha menutupi kekacauan-kekacauanku dengan menyampaikan semua rasa takutmu, lalu engkau tertawa untuk kemudian pulang dan menangis, ibarat sebuah drama komedi dimana engkau selalu bisa membuat gelak tawa dan menghidupkan setan-setan pembangkit urat syaraf tawa, engkau menciptakan kebersamaan untuk kemudian kau pulang dengan membawa sejuta umpatan.
Kamu selalu fasih menghisap rokokmu, terus dan terus seolah tiap hisapan yang kemudian engkau hembuskan asapnya dapat mengeluarkan segala keluh kesah dan masalah dari mulutmu sendiri, tapi kamu sendiri membenci orang-orang yang merokok di hadapanmu seolah dia tak pernah menghargai diri kamu ataupun orang yang merokok tanpa peduli bahwa kamu memang benar ada dan diciptakan oleh Tuhan.
Terkadang kamu juga selalu memproklamirkan bahwa kamu dapat menaklukan dunia ini, terkadang juga kau menangis menahan gelak tawa dengan segala ucapan bahwa betapa celakanya dirimu………
***
Kau memintaku membawa dunia ini, kau memintaku untuk mempersembahkan jagad ini, walaupun kau tahu waktu tlah berubah berpaling jauh dariku. Apa aku harus tetap menunggu hingga kematianku meneriakkan bahwa ini adalah langkah akhirku, langkah sebuah keputusan yang seharusnya aku buat sejak puluhan tahun kebelakang saat aku melihat dunia ini dengan tangisan dan suara adzan yang terngiang di telingaku……ya, pada saat aku lahir.
Aku harus terus meratapi kepedihan yang kemudian membuatku mengunci rapat-rapat kamar ini dan menutup semua inderaku untuk bisa bertahan dengan diam tanpa bahasa, kata-kata serta sikap, haruskah….??
Jika memang benar aku telah mengecewakan dirimu, aku hanya ingin tahu dasarnya, apa karena ketakutanmu untuk hidup sejajar dibawah bersamaku ataukah kau hanya takut untuk merasa terjatuh?. Apakah kau memang tidak pernah tulus mencintaiku? Lalu kenapa juga kau merasa bahwa aku hanya seorang manusia yang bisa melakukan apapun dan bahkan keberadaan aku diragukan, kamu cinta siapa……? Dan pernahkah kau sedikit mencintaiku? Atau memang semua hanya khayalku semata yang menjanjikan berbagai harap dan tujuan akhirku. Apa ini hanya sebuah pertanyaan yang seharusnya tidak dijawab sama sekali walaupun telah sampai batas waktuku yang kau tentukan sebagai hari-hari kematianku, apakah aku juga harus merasa puas dan menertawakan diriku sendiri karena telah membuat aku meninggalkanmu, yang pada kenyataannya………, mana?? Kamu selalu merasa kecewa dan membuang jauh-jauh rasa yang pernah timbul pada saat pertama kutatap kedua bola matamu pada sebuah sore mendung yang memberikanku sedikit gairah dan kini kau juga sekaligus telah menghilangkan rasa percayamu sebagai dasar suatu ikatan manusia.
Memang ini adalah amarahku, kebencianku tapi satu hal yang aku ataupun siapapun tidak akan mengerti bahwa inilah cintaku yang aku sendiri berharap bisa berubah menjadi keteguhan hati atau sebuah cinta yang tulus dan tak hanya sesaat, ternyata merupakan sebuah media dimana pikiran-pikiranku mulai dikaburkan oleh suasana dengan melupakan beberapa hal yang sebenarnya aku telah kejar sampai sejauh ini dan satu garis kesimpulan yang begitu mudah ku tarik dalam waktu yang singkat bahwa semua itu hanya sebuah omong kosong belaka. Perputaran waktu ini terus berputrar dan berkembang seiring nada-nada, degup jantung yang saat ini merupakan tantangan terberatku. Itulah diriku yang sempat satu hari kemarin aku bisa merasakan tulanng-tulang rusukku seperti patah, lapuk ibarat sebuah dahan yang tertimpa beratus-ratus ton beban, sebuah goresan tentang hidup mengingat cintaku pada dirimu……
Jika ini memang benar yang kamu mau, aku akan sangat merelakan semuanya terbakar habis, bahkan aku bisa saja rela mati demi kebahagiaanmu, aku hanya ingin kau mengerti untuk sesekali bahwa dunia ini hanya sebuah orientasi, pandangan yang selama ini tak pernah ada dalam lingkaran waktu yang disebut cinta, itu semua bohong kecuali sisi-sisi agamis pada setiap manusia, ini semua hanya sebuah pertanggung jawaban diri terhadap nyawanya sendiri terhadap masa setelah kehidupan ini hilang.
No comments:
Post a Comment