Sudah menahun di batas terang
tidak saja terlupa bahkan hilang antara pejalan kaki
tidak hanya kubeli cat berwarna hitam
aku bahkan mencari noktah putih di malam hampir pagi
mungkin saja aku ada atau tak pernah ada
pelangi yang kubeli tak terbawa lagi
Jauh kah dia?
seberapa besar kah pikirannya
lalu apakah benar jika hitam sudah mengotori jubahku
aku harus kemana pada saat itu
Benar aku berlari dari hujan
tapi tidak membuatku kering dari hujan
aku semakin legam di danau kering
di mandikan air keruh dan bau amis bangkai
sedangkan aku tak bersepatu
Apakah akan hilang terang
sementara aku tak bisa mengikat tali sepatuku pagi hari
bau nanah hatiku pun sudah lupa
tapi benar aku lupa
tanpa mampu mengingat hari
Mungkin saja setahun sudah menahun
atau lukisan yang sudah pudar harus kubeli
untuk waktu yang bisa kusimpan
tapi seketika itu aku harus diam dalam hujan
hingga aku tertawa
untuk sehari lagi tanpa tanya
lalu siapakah dia?
"kata" ; tergali disebuah kedalaman ; sebuah nurani yang terpendam laksana jiwa ; bukan suara dan bukan nyawa ; hanya kata... ; tergores mesra ataupun membunuh senja ; kata dan kata untuk makna ; puisi kata.
Tuesday, February 28, 2012
Monday, February 27, 2012
Friday, February 24, 2012
Dari ketinggian
Setinggi kurcaci saja memandang bukan tinggi
pada perbukitan aku mendaki tidak lebih tinggi dari gunung
aku terpalu rendah di dataran rendah
terkunci pada perangkap babi yang berlumpur
kemudian hinakan aku
Sandal yang kubeli tidak saja putus
merancang gerak tangan aja aku sudah tak mampu
bangunkan aku sekali lagi
biar tiada berkawan aku mencinta musuhku
Sudah cukuplah aku tertebas parang tanpa alas kaki
aku sudah cukup luka
Aku tak berharap langit
dia akan segera turun dengan hujan dalam yakin
setinggi menara menara pengawas yang kumuh
perjalannya mungkin selama 3 bulan
pada perbukitan aku mendaki tidak lebih tinggi dari gunung
aku terpalu rendah di dataran rendah
terkunci pada perangkap babi yang berlumpur
kemudian hinakan aku
Sandal yang kubeli tidak saja putus
merancang gerak tangan aja aku sudah tak mampu
bangunkan aku sekali lagi
biar tiada berkawan aku mencinta musuhku
Sudah cukuplah aku tertebas parang tanpa alas kaki
aku sudah cukup luka
Aku tak berharap langit
dia akan segera turun dengan hujan dalam yakin
setinggi menara menara pengawas yang kumuh
perjalannya mungkin selama 3 bulan
Tuesday, February 21, 2012
Pejalan Kaki
Aku mungkin tidak sempat mengeja namaku sendiri saat berjalan di bawah kolom kolom tua yang menggantung tempat laba laba sudah semakin tua dan cat yang semakin pudar karena usia, sementara di pelatarannya berderet rapi paving block yang menutupi trotoar yang sudah menjasi saksi bisu terhadap hidup berpuluh tahun. Entah saksi terhadap kehidupan yang kelam dengan segala kemegahannya entah segala intrik yang terjadi antara kaya dan miskin serta semangat perjuangan yang semu arti kemerdekaannya.
Di samping kiri dan kanan seorang pelukis yang memajangkan hasil goresan tangan yang berwarna warni sementara di toko toko tua yang menjajakan berbagai panganan serta kerajinan tangan sebagai cindera mata kota Bandung yang semakin sempit dan panas.
Di sisi lain gemerincing dan dentuman suara musik menggema seperti tidak ada suara lain yang terdengar dari dalam sana, anak muda keluar masuk dari tempat tersebut sedangkan di depannya berjajar kendaraan kendaraan yang terparkir mengusik perjalanan kendaraan yang melintas sehingga menimbulkan kemacetan.
Sungguh aku takjub dengan waktu ketika aku bisa berhimpit himpit berlindung dari hujan pada malam beberapa tahun yang lalu kemudian tertidur di depan pelataran bangunan tua yang sudah mati dan tak berpenghuni. Dan aku masih belum bisa mengeja namaku sera membuat bayanganku sadar betul keberadaan ku, siapakah aku yang telah berubah karena renta serta dimanakah waktu saat aku bisa bergelayut dengan mimpi kemudian mati karena bermimpi.
Aku masih berjalan mengamati orang sekitarku, ada yang mengeluh dan menikmati keindahan peninggalan kota yang sudah tidak muda lagi bahkan banyak yang mengabadikan gambarnya pada kamera kamera mereka. Aku dalam kebingunganku berjalan melihat kedepan dengan cara berbeda pada kebutaan mataku, aku tak melihat aku di masa lalu bahkan masa depan sementara saat ku raba diriku aku sudah tidak mempunyai hati dan menjadi seonggok kehidupan tanpa pandangan.
Apakah aku berpikir tentang sebuah tatanan kota yang semakin rumit dengan problematika kehidupannya atau justru aku sedang tenggelam mengenali dimana aku harus berdiri sementara alas kakiku sudah semakin rusak karena kaki kaki yang semakin lebar menuju kedewasaan umur namun tidak dalam berpikir, atau justru karena aku terlalu berjalan jauh menjauh dari kerumunan yang justru membunuhku dan aku sendirilah yang membuang langkahku pada beberapa titik kegelisahanku pada teori teori kemanusiaan dan tentang penciptaan Tuhan yakni alam semesta ini. Siapakah aku?
Di kejauhan seorang pengemis yang meminta pada kendaraan yang sedang melaju dalam kemacetan, pengemudi tampaknya tidak peduli sementara sang pengemis menggerutu karena tidak mendapatkan belas kasihan si pengendara mobil. Di sisi lain pengendara motor yang seolah tak mau dikalahkan oleh waktu terus menggeliat memacu tanpa peduli kemacetan menerobos sela sela mobil bahkan tak jarang merampok hak pejalan kaki menaiki trotoar di samping jalan demi berpacu dengan waktu. Aku nyaris tertabrak olehnya tapi untung saja lamunanku ini adalah sebuah bentuk sadar yang semu antara kenyataan dan pandangan kosong seorang manusia yang menepiskan putus asa.
Aku berjalan terus pada saat rintik hujan sudah semakin lebat, aku tidak ingin peduli dan hanya ingin merasakan damai hujan untuk kesekian kali namun aku harus menangis karena petir yang menyambar terlalu indah untuk kulewatkan didepan kebutaanku. Seorang pedagang kaki lima memenuhi jalan trotoar tempat jalurku melintas, Aku harus kemana dan berpindah pada jalan raya tempat para pengendara memacu kendaraannya. Sang pedagang menggerutu pada hujan dan berharap matahari dapat datang lagi hingga dagangannya laku, anaknya yang kecil kecil berteduh dalam tenda yang robek sementara orang tuanya sibuk membereskan bangku plastik tempat para pelanggannya duduk. Seorang laki laki berbadan besar yang tampak seperti orang kaya tampak menegur si pedagang untuk tidak berjualan di depan toko miliknya, Si pedagang kemudian menambah keluhannya pada dunia bahwa tak ada tempat bagi orang kecil seperti dia diantara lahan rampokan dia terhadap pejalan kaki.
Aku masih berusaha menemukan diriku dalam hujan hingga tengah malam berjalan memutari kota itu dengan segala proses yang aku temui dan kesenjangan sosial maupun keluhan sosial dan kehidupan duniawi terlebih saat adzan berkumandang dan tak ada yang mendengarnya seolah hanya nyanyian kosong ajakan untuk beribadah. Aku semakin perih.
Entah seperti apa dunia nanti?
Monday, February 20, 2012
Pedestrians
Even I'm not able to run I know I can use my feet to step and walk even in certain speed. In this path I can see life and many reality of my environment remembering I'm not alone in this world and I knew I should aware with my own atmospheres. I created a box not because I will fall into it, it just the matter of my boundaries where I should stopped and then walk again like others. Between the past crossing the future and the present day as my thinking on many ideas outside the box which I built.
At the first step might be I'm too weak without power so what I did in the past was just an eliminate feeling where I'm fighting because of it, right here at the corner of the street where the pavement are no longer suitable for pedestrians, where pedestrians right was taken away by someone who has enough power or powerless. I'm in a dilemma where I should make a sound and take care of my environment meanwhile they need to make a destruction, a forbidden destruction, a right thief. They stand on the pavement selling to fulfill their needed while I do just complaining bout the things outside the humanity.
Is it disciplines already died, where people are not necessary to think others and start to act that we're living in ourselves.
I don't know and really never know when I was learning about life what I found is not an answer instead more questions. I'm asking for more and stop for thousand times to ask and still I couldn't talk and decide what I should ask..
And I keep walk!
Humanity and social problem are seem easy within our eyes but the fact was deep, it larger than a war scale of even it is smaller thing than put a food into our mouth, it is more about life and all the intrigue and all the problems within. Many small thing that we didn't notice or realizing that we're done something wrong affect to our social life.
Pavement? what special about it? Is it only an infrastructure where we should walk on the side safely and comfort next to out destination and many thing. Yes it only a path where it doesn't has special feature on it, but did you know there are many simple thing which invisible and it really basic thing in life. HUMAN RIGHT, sure everyone has right to do their activity, to breath, walking and even running in a public area. Who provided it? Government? Us or our society who demand to built our needed?
Let's walk over the pedestrian, and I'm talking about Indonesian pedestrian. It doesn't matter where you stood up against your will to walk or brought your ego to fill in the path with your on way but WE'RE NOT ALONE!.
Pavement was built for pedestrian where everybody can feel comfort when they are walking and safe from the vehicle across the street. but whats happened? when traffic jam is happen on the street the motorbike is start to climb on the pavement and rode like it was his road without feeling guilty, He didn't realize that he was tread on the pedestrian's right. He think it's the matter of opportunity but IT WAS WRONG!! When you start to ride over the pavement your discipline was killed by your ego and as emotions, you've beaten by your EGO and it make you a STUPID PERSON!!. and that is a describe about life actually where you should learn from thing that is simple but it was made you a good person or a bad person.
That is only one case that happen, then in some place cadger was fill up the pavement covered along our eyes can see, they acting like there are nothing happens in front of them. They will said it was their right too to selling and get a life but how about the pedestrians walk? It is not about high people or low people in economic do their life but this is about humanity where discipline are depend on every single body thought and perceptions.
Then start walking!
You'll seen a lot many diversity of people, there are hope, dream or even crime which happen every minutes all over the world. Walking means dynamic change from the zero point to some point, no matter how fast or how great you're we're walked in the same earth as human even there are many different thing we saw. YES IT'S A MATTER OF PERCEPTIONS OF HUMAN.
Is it a choice when someone choose to walk, ride a motorbike or by car? yes it was a choice of everybody but it also in the right tracks without hurting others.
Humanity and social problem are seem easy within our eyes but the fact was deep, it larger than a war scale of even it is smaller thing than put a food into our mouth, it is more about life and all the intrigue and all the problems within. Many small thing that we didn't notice or realizing that we're done something wrong affect to our social life.
Pavement? what special about it? Is it only an infrastructure where we should walk on the side safely and comfort next to out destination and many thing. Yes it only a path where it doesn't has special feature on it, but did you know there are many simple thing which invisible and it really basic thing in life. HUMAN RIGHT, sure everyone has right to do their activity, to breath, walking and even running in a public area. Who provided it? Government? Us or our society who demand to built our needed?
Let's walk over the pedestrian, and I'm talking about Indonesian pedestrian. It doesn't matter where you stood up against your will to walk or brought your ego to fill in the path with your on way but WE'RE NOT ALONE!.
Pavement was built for pedestrian where everybody can feel comfort when they are walking and safe from the vehicle across the street. but whats happened? when traffic jam is happen on the street the motorbike is start to climb on the pavement and rode like it was his road without feeling guilty, He didn't realize that he was tread on the pedestrian's right. He think it's the matter of opportunity but IT WAS WRONG!! When you start to ride over the pavement your discipline was killed by your ego and as emotions, you've beaten by your EGO and it make you a STUPID PERSON!!. and that is a describe about life actually where you should learn from thing that is simple but it was made you a good person or a bad person.
That is only one case that happen, then in some place cadger was fill up the pavement covered along our eyes can see, they acting like there are nothing happens in front of them. They will said it was their right too to selling and get a life but how about the pedestrians walk? It is not about high people or low people in economic do their life but this is about humanity where discipline are depend on every single body thought and perceptions.
Then start walking!
You'll seen a lot many diversity of people, there are hope, dream or even crime which happen every minutes all over the world. Walking means dynamic change from the zero point to some point, no matter how fast or how great you're we're walked in the same earth as human even there are many different thing we saw. YES IT'S A MATTER OF PERCEPTIONS OF HUMAN.
Is it a choice when someone choose to walk, ride a motorbike or by car? yes it was a choice of everybody but it also in the right tracks without hurting others.
Friday, February 17, 2012
Thursday, February 16, 2012
Bandung on The move
Braga - Bandung |
Braga - Bandung |
Savoy Homan - Bandung |
Merdeka building - Asia Afrika bandung |
Asia Afrika - Bandung |
The day when we're born
some people said, the third day of a born child is the time to make a decision what would be you in the next day
some people said, the fourth day after the first breath is a moment to fulfill the destiny forward
and each day... after birth in a day or after day even years there always be a lesson that never end. you'll meet the machine and many equipment that supporting to your stand (love, career etc)
but the most wonderful grateful is about understanding how does our soul supporting us, how our mind play tricky when someone told that he loves you without end, how your body was shaking after you heard a word "love".
how wonderful it be... God creature which doesn't have perfectness but it can survive to be a person who remembering who and what we are.
it's like a continous time which always ticking without speed there's no slower time or faster and it how it goes by a process called life. a meaning live.
can you imagine how much step you already taken since you're a baby born... how many fall? how many tears? and how many time you spend your time to laugh.... how wonderful it is?
a Mirror and an eyes that couldn't see
Mommy...I bought a mirror yesterday, Where is it now?
Yesterday I had a bad dream but I couldn't remembered what I dreamed
I just had a bad situation where today's luck are because of my dream
Yesterday I had a bad dream but I couldn't remembered what I dreamed
I just had a bad situation where today's luck are because of my dream
One of sequel on that dream was told me to buy a mirror, so I bought it today in a market to release my bad luck.
Till this morning I'm not seen my mirror, where is it Mommy?
even last night I didn't dream some a bad dream I still need those mirror, I wanna reflect my self
I want to see how my look and find out why others always seen my look
Mommy, I wanna be invisible actually.
I don't when everybody is looking at me specially looking the way I looked
I didn't saw my own face and I need that mirror to see my eyes shape and how my mouth is open to speak and smile.
They said I had an ugly face
they also said it will be better for me to keep silent because when I smile, my face is scary
Mommy... Help me to know my self, you know better about my face
Where is my mirror?
****
My child, what is actually you dreamed of?
Did you see anything wrong or bad things happen to you
I never moved your mirror since you bought it yesterday
If you are afraid of others judgement, don't listen to them
I know you better, I'm your mother
If someone told you that you are ugly, it mean you're more handsome than them
and when they told you to keep silent it mean when you smile or talk then you're smarter than them
You don't need those mirror
what you should do is being your self without others want to be
I wouldn't tell you that you should put your dream on the sky
I just need you to know your self without seeing,
Seeing is only about a mark where you will make a value a minutes after you saw things
it will be different if you knowing and understanding thing then make an assume about it
My child, there are thing that we shouldn't understand by seeing
it is more about understanding and knowing with our deepest heart
****
Mommy... you always told me that I should reflect my self
but how come I'm able to reflect my self if I couldn't find a mirror
*****
My child, what did you see?
****
I didn't see nothing, since I was born I couldn't see nothing
****
Then what is actually you saw on your bad dream?
****
I didn't see mother, I just felt it!
****
And what thing that will make you feel happy?
****
I know my self as you always told me
****
Do you able to know your self without seeing now?
Just touch your face and feel what is look like
seeing with your heart, knowing where you stand, knowing where will you go
and the most important is knowing where you are from
****
I'm sorry mother, in fact I'm just a human being which killed by the trend.
I don't wanna be a part of the trends
Thank you mother....
I love you
Wednesday, February 15, 2012
To be Yours
Inside the arm that wearing gloves
And look when you never seen
Bright sky uppon my eyes
Through faraway that my eyes can see
In this depth
To be spoken
Replace my word
To be silence
Replace my language
I'll wake up when it rain
Or i already fly with the concorde
Beyond all my imagination
And i buy my spirit then in a market
And look when you never seen
Bright sky uppon my eyes
Through faraway that my eyes can see
In this depth
To be spoken
Replace my word
To be silence
Replace my language
I'll wake up when it rain
Or i already fly with the concorde
Beyond all my imagination
And i buy my spirit then in a market
Tuesday, February 14, 2012
Tales Between Under of Standing and The Coffee that Bite
I walked down the stair from the sky where I hang up my dream since I was a boy. I rode my shadow to drawn fast from the high. At my age I've been climbed up to the sky where actually my mom always said that my dream was upon the sky. But what I got? I couldn't release my tied and the stair also not strong enough to push me up so I choose to move down after asked to the rain what should I do when I met failure.
The rain said "If you're reach place higher then you'll be afraid of high but it will different if you're fall down in a hole, what you able to do is only climb up". Actually it isn't my will to went down but the reality was pushed me down to the ground which the earth where my feet are should belong.
I'm drawn to the earth so fast because I knew my shadow was good at the ground even it will be hurt falling to the ground but I'm sure there are the place that I should standing, under the sky where I could believe in thing and under the stand of the sky. Boundaries on something where I need to pursue and what is to be set as my goal at my own life.
I'm speeding without any parachute, my head is down and my eyes was starred to sky where before I tried to reach until I realized that was only my childhood dream. Dream to pick the star and catching the rainbow. I didn't close my eyes to dream so it will motivate me that someday I'll be back to the sky, Surely i don't have money to buy a flight by plane but it doesn't matter, I'm able to dream some more about being the Superman.
In the middle of my fallen, a bird was came to me and asking why I'm so foolish to go down when everybody want to climb up. I said to him that something in life is need more to be understand than climb up to the sky, I didn't recognize my self and what I will do is knowing my self first to climb up again and even i should climb as a dead body. At least that time I know who I am, he was cried during my fallen, I didn't know how long I've been falling down but I knew that was far enough to dream about how many years I've been alive.
The bird now didn't spread his wing so he start to fall with me, but because of my weight I felt down first. I could see he tried to catch my speed but he couldn't so I slowed down my fall, but I couldn't my shadow was insist me to get down fastest as he can.
I left him in the sky, my eyes didn't see him anymore, I was turned my eyes down where I could seen a huge lake was under me and in a minutes I would fall into that lake.
For a hour I'm entering the water surface till I got back to the surface, I'm floating and try to swam on the side of the lake. The water was bitter and it feel like I knew this taste before, I'd reach the side of the lake but I was still in a high. It was like a dejavu where actually I've seen this situation before, I jumped down and realized that I was jumped from a cup which usualy I used for a coffee. My thought was right, it is my cup and I disn't fall on a lake, I was fallen into a coffee cup. I wondered why the cup was so big, am I dreaming or it just my fantasy?. Suddenly a giant came and grabbed those cup and drank the coffee, I tried to see who's the giant and suprised that was me.
Many question was appear in my head, why I was there seeing thing that larger than me and why I felt from the sky and drown into my on coffee. Am I been cursed and shrinked or any other excuse.
I seen the giant which is my self was wrote a note on a paper, he wrote "Who am I and where I am?" then I started notice that life is not just a simple of knowing and climb up to pursue our goal, it was more about essence and existence of our self. Realizing that I was a small thing in a huge world and even just a tinny thing in front of God Who has created us.
As the coffee everyone has a choice in life, as idea, as thought and as how their seeing on this life. Direction is God, how we get closed to God, knowing our self as God's creature who need to bow to God and realizing who we are in a tinny world called earth.
I woke up with my eyes still closed, where I could smell a coffee beside my bed.
Many question was appear in my head, why I was there seeing thing that larger than me and why I felt from the sky and drown into my on coffee. Am I been cursed and shrinked or any other excuse.
I seen the giant which is my self was wrote a note on a paper, he wrote "Who am I and where I am?" then I started notice that life is not just a simple of knowing and climb up to pursue our goal, it was more about essence and existence of our self. Realizing that I was a small thing in a huge world and even just a tinny thing in front of God Who has created us.
As the coffee everyone has a choice in life, as idea, as thought and as how their seeing on this life. Direction is God, how we get closed to God, knowing our self as God's creature who need to bow to God and realizing who we are in a tinny world called earth.
I woke up with my eyes still closed, where I could smell a coffee beside my bed.
Pagi #7
Sejenak aku menatap hampa, berdiri dalam kegelapan, seperti dunia ini telah memutarbalikan masa lalu yang takjub pada kecanggihan teknologi penerangan yang menerangi kota ini, namun berbeda dengan saat ini dua batang lilin kecil yang hampir habis menemaniku pada malam ini dalam sebuah potret kehampaan tanpa teman untuk saling berbagi, tanpa kata dan tanpa bahasa, yang ada hanya cahaya remang suara gemericik gerimis yang mulai membasahi bumi.
Jika ini adalah sebuah karangan sesaat aku ingin memutuskan untuk berhenti menulis, tapi aku sendiri bahkan tak bisa menyangkal bahwa ini adalah cerita kehidupanku. Tiupan angin malam begitu kencang seolah ingin membubarkan keramaian dalam lingkup pikiranku, api yang menyala-nyala ini menggambarkan kegundahanku, kegelisahan yang tetap saja aku tak tahu, aku tak pernah tahu apakah ini adalah kerinduanku atau sebuah cambukan keras yang sesaat membutakan aku dari berbagai peristiwa yang seharusnya aku alami dan aku lewatkan begitu saja tanpa melakukan apa-apa…..
Ah…. Hidup ini sungguh aneh, setelah aku merasa menemukan suatu yang hilang dalam bagian hidupku yang kini datang dan menghilang begitu saja, ya… aku kemudian kehilanganmu.
Tulusnya cinta ini kini bukan sebuah harga mati karena untuk sekali lagi aku tak pernah menginginkan cinta sejati, aku hanya ingin ada orang yang mencintaiku untuk sekali saja.
***
Satu bulan lebih waktu ini terlewatkan, terasa sangat menyesakkan setelah kita berbicara tentang perpisahan kita, semua penuh sesak dengan bayang-bayangmu bahkan selama itu juga aku tak tahu apakah aku harus terbuai dalam suasana mimpi yang selalu menampakan bayangmu, aku tahu kamu siapa dan tak pernah tahu tujuanmu menghela nafas-nafasku serta mencibir semua omongan ku serta membelah tiap tetes keringat yang mengucur dari otakku.
Ingin sekali lagi kuteriakan “mengapa?”, tapi aku tak pernah sanggup berkata dengan lensa waktu yang semakin condong kedepan dan tak tahu kapan akan kembali konstan. Aku bahkan tak berani untuk muncul lagi kepermukaan sebagai seorang manusia yang sedang mencari cinta. Apa ini semua hanya sebuah bentuk deskriptif dan imaginatif yang kuciptakan sebagai realita dunia?, apa ini semua hanya sebuah karya kecil bagi diriku yang gagal dan telah terkontaminasi baik secara fisik maupun pikiran?. Mungkin semua itu hanya sebuah kesalahan yang semu, terkadang keruh terkadang pula jernih karena kotoran-kotoran yang ada telah mengendap dibawah. Aku juga tahu itu semua bukan kebohongan sistem, karena aku merasa hidup dalam demokrasiku yang sedikit demi sedikit kini terkikis oleh keegoisan yang hampir menjelma sempurna.
Lalu…..
Kapan aku akan mulai lagi terbangun dalam keadaan segar dan bugar, mulai memikirkan diriku sendiri, dan mulai membangun jerih payah yang selama ini tertunda walaupun harus aku mengulang dari awal lagi, mulai mempercayai sebuah keindahan ataupun kesempurnaan hidup yang penuh dengan “isme-isme” yang mengendap pada tiap kepala manusia. Aku sendiri akan berusaha untuk tidak terkejut dengan apa yang kau miliki sekarang, sebelum atau sesudah ada kamu disisiku. Aku meyakini sesuatu yang hidup dalam keyakinanku, yang mungkin lebih beradab dalam pandanganku dan sesuatu yang bisa menyelamatkan aku. Inilah sesuatu yang selama ini mengendap dan sesuatu yang selama ini saling kejar mengejar antara keyakinan dan kegetiran hidup karena aku tahu betul hidup ini tidak begitu kejam saat kau mengetahui essensimu sebagai manusia, hanya saja jalan yang ada terkadang terlalu berkelok-kelok dan terkadang tanpa arah. Itulah hidupku yang sekali dan dua kali terus menerus memutar roda jaman dari garis permulaan, kemudian ada isi, isu dan sebagainya dan diakhiri dengan penutup disertai lampiran-lampiran yang begitu panjang sebagai saksi perjalanan sang waktu. Aku hanya takut pada tiap gerakan waktu yang terus menyeretku hingga keterbelengguan ini berubah menjadi kebebasan yang menyakitkan dan menyeretku pada lobang hitam yang tak akan pernah ada ujungnya.
Pagi #6
Satu cerita tentang sebuah surga kecil yang kunamakan persahabatan, yang selalu hadir untuk berusaha menutupi kekacauan-kekacauanku dengan menyampaikan semua rasa takutmu, lalu engkau tertawa untuk kemudian pulang dan menangis, ibarat sebuah drama komedi dimana engkau selalu bisa membuat gelak tawa dan menghidupkan setan-setan pembangkit urat syaraf tawa, engkau menciptakan kebersamaan untuk kemudian kau pulang dengan membawa sejuta umpatan.
Kamu selalu fasih menghisap rokokmu, terus dan terus seolah tiap hisapan yang kemudian engkau hembuskan asapnya dapat mengeluarkan segala keluh kesah dan masalah dari mulutmu sendiri, tapi kamu sendiri membenci orang-orang yang merokok di hadapanmu seolah dia tak pernah menghargai diri kamu ataupun orang yang merokok tanpa peduli bahwa kamu memang benar ada dan diciptakan oleh Tuhan.
Terkadang kamu juga selalu memproklamirkan bahwa kamu dapat menaklukan dunia ini, terkadang juga kau menangis menahan gelak tawa dengan segala ucapan bahwa betapa celakanya dirimu………
***
Kau memintaku membawa dunia ini, kau memintaku untuk mempersembahkan jagad ini, walaupun kau tahu waktu tlah berubah berpaling jauh dariku. Apa aku harus tetap menunggu hingga kematianku meneriakkan bahwa ini adalah langkah akhirku, langkah sebuah keputusan yang seharusnya aku buat sejak puluhan tahun kebelakang saat aku melihat dunia ini dengan tangisan dan suara adzan yang terngiang di telingaku……ya, pada saat aku lahir.
Aku harus terus meratapi kepedihan yang kemudian membuatku mengunci rapat-rapat kamar ini dan menutup semua inderaku untuk bisa bertahan dengan diam tanpa bahasa, kata-kata serta sikap, haruskah….??
Jika memang benar aku telah mengecewakan dirimu, aku hanya ingin tahu dasarnya, apa karena ketakutanmu untuk hidup sejajar dibawah bersamaku ataukah kau hanya takut untuk merasa terjatuh?. Apakah kau memang tidak pernah tulus mencintaiku? Lalu kenapa juga kau merasa bahwa aku hanya seorang manusia yang bisa melakukan apapun dan bahkan keberadaan aku diragukan, kamu cinta siapa……? Dan pernahkah kau sedikit mencintaiku? Atau memang semua hanya khayalku semata yang menjanjikan berbagai harap dan tujuan akhirku. Apa ini hanya sebuah pertanyaan yang seharusnya tidak dijawab sama sekali walaupun telah sampai batas waktuku yang kau tentukan sebagai hari-hari kematianku, apakah aku juga harus merasa puas dan menertawakan diriku sendiri karena telah membuat aku meninggalkanmu, yang pada kenyataannya………, mana?? Kamu selalu merasa kecewa dan membuang jauh-jauh rasa yang pernah timbul pada saat pertama kutatap kedua bola matamu pada sebuah sore mendung yang memberikanku sedikit gairah dan kini kau juga sekaligus telah menghilangkan rasa percayamu sebagai dasar suatu ikatan manusia.
Memang ini adalah amarahku, kebencianku tapi satu hal yang aku ataupun siapapun tidak akan mengerti bahwa inilah cintaku yang aku sendiri berharap bisa berubah menjadi keteguhan hati atau sebuah cinta yang tulus dan tak hanya sesaat, ternyata merupakan sebuah media dimana pikiran-pikiranku mulai dikaburkan oleh suasana dengan melupakan beberapa hal yang sebenarnya aku telah kejar sampai sejauh ini dan satu garis kesimpulan yang begitu mudah ku tarik dalam waktu yang singkat bahwa semua itu hanya sebuah omong kosong belaka. Perputaran waktu ini terus berputrar dan berkembang seiring nada-nada, degup jantung yang saat ini merupakan tantangan terberatku. Itulah diriku yang sempat satu hari kemarin aku bisa merasakan tulanng-tulang rusukku seperti patah, lapuk ibarat sebuah dahan yang tertimpa beratus-ratus ton beban, sebuah goresan tentang hidup mengingat cintaku pada dirimu……
Jika ini memang benar yang kamu mau, aku akan sangat merelakan semuanya terbakar habis, bahkan aku bisa saja rela mati demi kebahagiaanmu, aku hanya ingin kau mengerti untuk sesekali bahwa dunia ini hanya sebuah orientasi, pandangan yang selama ini tak pernah ada dalam lingkaran waktu yang disebut cinta, itu semua bohong kecuali sisi-sisi agamis pada setiap manusia, ini semua hanya sebuah pertanggung jawaban diri terhadap nyawanya sendiri terhadap masa setelah kehidupan ini hilang.
Pagi #5
Aku masih belum bisa tidur malam itu, udara dingin malam semakin kelam menyelimuti alam dan aku tengah berada dalam surga kecilku, aku sedikit sekali bisa tertawa karena saat itu aku tahu bahwa ini adalah sebuah cara yang kulakukan dan aku tidak sedikitpun terluka. Gelak tawa yang seharusnya ada sejak dulu walaupun kita sendiri tidak memungkiri kenyataan bahwa semua manusia pernah hidup dalam kesedihan. Kadang terdengar pula suara mengejek ataupun bahkan suara yang melengkingkan kebebasan berpendapat dan semua hal yang sebenarnya adalah sebuah kurungan yang membelenggu kedua bola mata ini untuk menatap kebelakang. Itulah surgaku, sahabat-sahabatku yang terpenting adalah mereka saudaraku, jiwa yang sekaligus terkadang menjadi semangat hidupku ketika rasa cinta itu ada dan tiada.
Aku sendiri ingin selalu berada dalam lingkaran surga kecil ini tapi itu semua hanya datang tak pernah lama, sesaat dan kemudian pergi lagi saat aku harus selalu berada didekatmu dan menemani harimu. Aku berpikir bahwa setelah sekian lama aku meniti hidup dengan penuh daya dan upaya untuk menemukan akhir dari semua itu, segala kesedihan dan rasa perih yang kudapat dari pikiran dan keadaanku kini tak ada lagi, aku menjadi orang yang paling berbahagia didunia ini, aku mempunyai sosok pendamping yang begitu cukup sempurna dimataku dan lingkungan sahabat-sahabat sejatiku yang mengiringi perjalanan hidupku, semua seolah telah teratur begitu rapi dan sejalan ketika aku harus menjalani hari-hariku dengan penuh kesenangan dan kegembiraan.
Hari demi hari kulewati bersamamu, seolah bahwa kita adalah pasangan yang begitu sempurna dimata orang-orang yang memandang kita bahkan tak sedikit orang iri melihat kita berdua, namun terkadang ada satu ketika setan yang bernama ego yang meluluh lantahkan perasaan-perasaan itu saat badai mulai datang satu demi satu, entah itu satu kesalahan yang dibuat olehku ataupun semua kesalahan yang ada. Aku mulai menyadari bahwa kita adalah dua pribadi yang sama sekali berbeda alam dimana aku hanyalah seorang pesakitan yang diam yang terus bergerak menapaki dunia didunia bawah sedangkan kau adalah seorang yang hampir menjadi dewi didunia atas yang dapat dengan mudah kau kuasai. Sedikit demi sedikit langkahku mulai tak mampu lagi menunjukan essensiku pada dirimu sebagai seseorang yang mempunyai hubungan emosional denganmu namun aku sendiri berusaha menutupi cacat itu, masalah waktu, masalah finansial dan lain sebagainya sehingga aku betul-betul terjerumus dalam sebuah lingkaran cinta dimana segala sesuatu yang kulakukan tak lagi memikirkan bagi diriku sendiri, semuanya demi dirimu. Dan satu hal yang paling ironis ketika aku mengetahui bahwa semua itu salah dan semua terasa lebih ganjil. Aku sendiri tidak mengharapkan ini semua namun dari dalam lubuk hatiku aku merasa bahwa aku telah menemukan cinta yang sebenar-benarnya dan tentu ingin aku bawa sampai pada tingkat pernikahan kelak.
Bulan demi bulan sudah aku lewati, aku mungkin terlalu lelah untuk mencari kehidupan lagi atau bahkan mungkin rasa cinta ini sudah terlalu dalam sehingga aku merasa takut untuk kehilangan dia. Dan dengan dasar itu pula aku mulai membentuk suatu pertahanan yang memang ingin aku rubah pada diriku sendiri bahwa kini aku mempunyai cinta sejati dan calon pendamping hidupku kelak walaupun dikembalikan pada faktor ada jodoh atau tidak, aku tetap berusaha meyakininya dengan segala usaha pemenuhan keinginannya, aku sering banyak mengalah dan terkadang juga karena kekalahanku aku mendapatkan sebuah bentuk hinaan yang terkadang membuatku merasa sangat rendah dihadapannya.
Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku, aku sudah mulai berubah, aku seolah menjadi manusia yang tidak hidup pada alamnya, aku mulai dipenuhi dengan pikiran dan mulai kembali lagi pada kesedihan-kesedihan yang pernah kualami dulu dan kesendirian yang terus menerus menghantui diriku, aku tak pernah punya waktu bagi diriku sendiri, bahkan surga-surga kecil yang kubangun pun berangsur hilang dan menjauh, kini yang tersisa hanya teman-teman sejatiku yaitu kesendirian dan keheningan, batang demi batang rokok, tegukan air yang terkadang menyesakan isi kerongkonganku ataupun hembusan nafas panjang yang mengiringiku menuju ketenangan.
Namun dari semua itu aku telah menjadi satu bagian dari keluargamu dan telah menjadi satu mata rantai yang tak bisa kulepas begitu saja sehingga aku harus bertahan degan segala prinsip yang kupegang, dan aku memang masih mencintaimu. Walaupun segala perih dan luka ini makun membekas semua bisa kutepiskan dengan semua keyakinan yang telah kutanamkan pada awal kita bertemu dan menjalin semua untaian perjalanan hidupku denganmu.
Ini bukan sebuah kemarahan ataupun sesuatu yang meminta belas kasihan dan meminta seseorang untuk memungutnya, ini hanya sebuah gambar hidup tentang kekebalan dimana orang tidak memilih untuk tidak menjadi apa-apa. Dengan ini semua aku membangun sebuah benteng kokoh supaya aku sendiri tidak bisa terbang ke dunia lain karena aku tahu aku hanyalah seorang aku dan sedang dalam perjalanan mencari sosok yang benar-benar mengerti kesedihanku bukan belas kasihan atau peduli dengan masa laluku, sosok yang benar-benar mengerti bahwa semua ini adalah kebahagiaan yang sesaat, sebuah kepercayaan yang tidak ada habisnya dan saling menerima.
Kamu boleh menertawakan aku ketika aku akan berkata bahwa sifat dasar manusia tak lebih dari hanya sebuah kesedihan, tapi itulah kenyataannya bahwa kau harus menerimaku karena aku akan berbuat yang sama pula dengan apa yang hendak kamu lakukan, itulah “cinta”, percaya atau tidak.
Tapi apapun yang terjadi aku telah masuk kedalam dunia ini dan aku sedikitpun takkan menyia-nyiakan sedikit waktuku untuk hal-hal yang malah menggangguku, aku akan diam untukmu dan aku akan mendengarkanmu.
Aku cinta kamu, aku menjadi bagian keluargamu namun satu dan banyak hal yang kuterima sebagai pendorong semangat dan menjadi bara yang menyakitkan sekaligus memprihatinkan buatku dan keluargaku, aku benci diriku sendiri ketika aku mulai berbicara tentang cinta dan kehidupan karena aku tak bisa menunjukan pada dunia bahwa inilah essensiku hidup didunia atas yang sesuai dengan inginmu. Tapi pada saat itu aku tetap berpegang pada keyakinanku bahwa kaulah satu dari sekian banyak hal yang telah kucari sampai ujung dunia ini dan akan kujaga kau seperti bidadari penyemat kegelisahan dan pembawa kesendirian bagiku yang tetap kupertahankan untuk melihat isi sebenarnya dalam hatiku.
Kegelisahan yang kualami semakin hari semakin menggila ketika hasratmu akan dunia ini bertambah besar dan mulai kau agungkan materi yang aku tahu bahwa aku belum bisa mencapai tingkatan yang menurut kamu mampu. Badai yang telah tercipta semakin besar dan menyapu jiwa dan apa yang telah menjadi pertanyaanku selama ini, tentang cintamu.. aku tak pernah tahu ketulusan hatimu, dan yang menjadi kemarahanku adalah aku tetap mempertahankan cinta yang kuanggap sebagai cinta sejati yang tak pernah kualami sebelumnya. Aku memang rendah dan berbeda dengan keberadaanmu, dimana aku akan selalu menjadi tempat untuk berpijak, selalu menjadi hal-hal yang tak pernah ada dan diakui keberadaannya, tapi aku berjalan bukan tanpa tujuan dan langkahku yang tak pasti menerjang mengejar sesuatu walaupun itu hanya keyakinan.
Tiga tahun lebih sudah perjalananku bersama dirimu meniti hidup yang hampir sempurna bagi diriku, dan kini tinggal sebuah omong kosong belaka, kau pergi meninggalkanku tanpa kau sadari kau meninggalkan luka yang begitu dalam padaku, luka yang aku tak tahu kapan aku bisa sembuh.
Dan sekali lagi benar hujan turun lagi menghujamku dengan ingatan-ingatan masa di mana banyak perjalanan kita telah habiskan yang dari awal aku berusaha membangunnya dengan jerih payah usaha yang tak pernah sedikitpun berharga, aku merasa bahwa aku cukup tahu kamu, kamu selalu sendiri dan terdiam dan terkadang memaksakan diri untuk kekeh tawa yang memecah kesunyian dalam proses mempererat jaringan lingkaranmu, tapi itu tak sedikitpun bisa dibohongi bahwa kau sendiri menyimpan luka yang hanya sebahagian orang mengerti apa maumu dan mengerti hidupmu.
Pagi #4
Kini aku berdiri sendiri di sore yang hampir gelap dan penuh dengan kehampaan yang aku tak bisa mengerti apa dan dimana. Aku hanyalah sebuah kemarahan yang diam dan selalu terucap dalam hatiku yang bergejolak menghantam puing-puing dalam relung hati yang merupakan nyawaku selama ini.
Dentuman perang kegelisahan merambat begitu cepat dan menyiksaku perlahan tanpa aku sendiri bisa mengetahuinya. Apa aku bisa menebak dan tahu kegelisahan dan ketakutanku, mengerikan ketika segala sesuatu merubah gambaran surealisme yang aku coba yakini dalam pertahanku yang hampir lapuk karena usia, aku hampa, aku kelam, aku hitam dan aku selalu di bayangi dengan kegalauan, kepedihan dan kesedihan.
Tak seorangpun tahu, bukan aku, bukan kamu dan bukan kalian semua wahai alam yang kelam, cuaca yang gelap dan kuyup karena derasnya air hujan masa lalu yang terus dan terus menikamku berulang-ulang kali.
Kemudian……….
Aku kembali terdiam setelah ku keluarkan isi dalam kepalaku ini, aku hanya merasakan basahnya, aku hanya mencoba bertahan untuk tidak terus terpuruk dan menggali kuburanku sendiri.
Aku berjalan sendiri dan aku rasakan betapa adilnya dunia ini ketika aku mulai harus bisa tahan terhadap rasa pedih yang kian lama kian meluluh lantahkan perasaanku, tapi aku mencoba untuk tak gentar, aku terus berjalan walaupun hanya gelap yang aku kenal dan aku geluti setiap harinya sampai pada satu titik gulita dan aku terbangun dari alam gelapku, tapi hujan masih kembali lagi turun…!!!!
Gambar ini akan aku simpan baik dengan segala rasa yang telah aku pendam agar suatu saat kelak aku bisa keluar pada saat aku berusaha menggali kuburanku.
Hei……… Aku masih bernafas!!
Aku masih hidup!!
Dan,
Malam yang hampir pagi ini akan terus berlanjut…..
Pagi #3
Kenapa perasaan ini datang lagi, perasaan yang begitu dekat dan aku sangat fasih mengenalnya, sebut saja namanya “kegusaran” ataukah lebih tepat jika kusebut “ketakutan”. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa selain diam dan meneruskan keluhanku, syukurlah nafas ini masih mau menemaniku dengan tarikan nafas yang begitu panjang serta berbatang-batang rokok yang aku hisap sebagai teman sepiku. Kegelisahan ini kapan akan berakhir?? Apa saat ketika matahari dengan lambatnya mengusir awan kelam atau memang bahkan tak bisa lagi karena berjuta-juta pasukan air dan gelegar petir telah menakutinya.
“Kamu sedang apa cintaku?? Perasaan cinta yang aku tak kenal wajahnya atau ini hanya mimpi indahku….” Semua ini salah siapa?
Aku inginkan keheningan!! Jangan dekati aku, jangan kau menenggelamkan aku lagi dalam dilema masa lalu atau trauma-trauma mentalis yang sangat membuatku hilang dalam kesenyapan. “Aku mencintaimu, tapi salahku hanya satu, karena aku terlalu mencintaimu hingga satu dan semua tak mudah hilang sampai saat kau tak bisa ada untukku selama-lamanya”.
Pagi #2
Satu bulan sudah aku melayang seperti buih-buih dilautan tanpa menyadari bahwa aku telah bebas, tapi aku sendiri membenci kebebasanku, kini aku tidak lagi tergantung orang lain dan orang lain tidak tergantung padaku tapi aku membenci keberadaanku yang dengan sekejap mata bisa datang dan hilang, aku benci orang-orang yang berada dekat denganku, aku benci orang-orang yang peduli denganku, aku benci dengan perasaanku sendiri yang selalu mencintai tanpa dicintai.
Aku selalu terbang menuju kegelapan yang membuat aku terperosok kekedalaman yang semakin menenggelamkanku dan membenamkan seluruh kepalaku, aku merangkak dalam kelam, seluruh badanku terpaku pada sebuah lingkaran tanpa akhir, rasa yang tidak pernah ada jawabannya, tidak bergerak maju namun tidak pula bergerak mundur. Aku statis dan cenderung melemah…. Aku tak tahu kapan aku bisa tersentak dari semua ini, selama ini yang aku tahu bahwa aku terhanyut dalam ketidaksadaranku sebagai satu dari manusia yang berbeda yang mencoba peruntungannya menaklukan dunia.
Berpihak kepada siapakah alam ini? Apakah alam ini berusaha untuk menerbangkan aku dalam sebuah garis mimpi yang sebenarnya kepahitan justru sedang menungguku di alam nyata yang kusebut hidup, apakah aku dibuai selama ini dalam jejak langkah yang hitam sejak aku dilahirkan dengan tangisan dan kemudian aku diam lalu menangis kembali, semua tetap dalam mimpi yang sama yaitu kesedihan, atau aku tidak tahu bahwa aku dilahirkan dengan gelak tawa yang memancing hidupku tanpa tangisan sedikitpun sehingga aku baru tahu rasanya menangis saat ini, ah… tapi masa bodoh, semua bayi yang dilahirkan kedunia ini dengan tangisan, entah itu tangisan bahagia atau tangisan sesal karena baru mengetahui bahwa dunia ini tak sebaik yang dikira pada waktu masih dalam kandungan, mungkin memang benar itu adalah tangisan pertamaku saat melihat dunia ini dan tangisan selama-lamanya yang menyinggapiku, lalu kemana perginya setan dalam diriku yang membuat syaraf-syaraf tawaku? Apakah sepi telah membunuhnya? Ataukah dia sudah bosan karena lelah mencoba terus sampai akhirnya menemui kegagalan!! Bahkan aku ingat betul kata-kata ibuku bahwa aku di masa kecil adalah seorang anak kecil yang gampang menangis dan bahkan hanya itulah yang tersisa dalam ingatanku sampai sekarang, itu sudah berlangsung sampai 25 tahun, aku masih belum bisa mengingat ketika ada tawa ataupun perasaan manja… sungguh menyebalkan!!
Aku sudah mencoba berpaling dari semua itu ketika aku mengetahui dan merasakan sebuah rasa cinta, tapi itu tak cukup banyak membantuku untuk keluar dari perasaan-perasaan sepi dan bahkan rasa cinta itu pula yang membawaku berpaling makin jauh dari penyadaran bahwa aku tidak hidup sendiri didunia ini dan terperosok dalam kelam saat aku hanya bisa mengingat masa-masa di mana aku dicampakan, dihina dan dikucilkan sampai saat suatu masa waktu berganti dan berpindah dari satu pelukan kekasih dengan pelukan yang lain, apa yang kudapatkan!?
Rasa penyesalan yang bertubi-tubi, satu titik yang aneh dalam satu lingkaran besar yang bernama kebahagiaan yaitu kesedihan, keterpurukan dan kehampaan. Dan semua itu adalah tanda dalam diriku bahkan merupakan sebuah kurungan hitam yang membelenggu hati ini.
Aku telah beranjak dewasa kini dan kedewasaan ini aku anggap sebagai puncak dari semua klimaks yang tertunda, “cinta”. Aku sungguh tak pernah mengharap sebuah cinta sejati aku hanya menginginkan cinta dimana ada kebahagian yang aku bisa dapat selamanya dan selalu melangkah kedepan, aku tidak mau macam-macam, aku hanya ingin dicintai sekali dalam hidupku, tidak untukku tapi untuk dirimu yang kelak benar-benar mencintaiku.
Aku sering berpikir bahwa aku adalah kategori orang gagal dan sial, tapi mungkin itu juga tidak benar karena aku sendiri mengetahui keberadaan Tuhan sang Maha Tahu, tapi disamping itu pula sisi jiwa ini berkata demikian, ataukah aku memang tidak pernah bisa mendeskripsikan apa itu kegagalan yang kualami sebagai bentuk cambuk bagi diriku. Sering aku mengurung diri dalam sebuah lingkaran yang kusebut kamar dimana tiap tepian berdiri kokoh tembok-tembok penghalang antara aku dan dunia luar sana, aku lebih banyak merenungi perjalananku yang bahkan aku sendiri belum menapak dan tak pernah kuangkat kedua kaki ini untuk melangkah. Aku sering mencaci diriku sendiri bahwa orang seperti aku tidak layak untuk tidak bahagia, aku dianugerahi banyak hal yang menurutku sangat penting dan begitu banyak hal yang dapat menunjukan essensiku sebagai seorang manusia, namun terkadang realita pulalah yang menghadangku, realita inilah sebuah kejelasan yang penting bahwa aku tak lebih dari seorang pesakitan yang murung dan pada saat itu aku tahu persis sebagai orang yang sok tahu bahwa bola dunia ini sedang berada diatas pundakku dan yang kucoba saat ini adalah menahan segala pahit getir kehidupan ini, kehidupan yang aku jalani sendiri.
Akupun tahu bahwa mungkin ini semua timbul dari diriku sendiri bahkan pada saat ini ketika aku kian membusuk menghadap kenyataan bahwa aku terlalu takut untuk bertemu seseorang dan aku berusaha untuk sekali lagi untuk menutupi segala keanehanku dengan banyak diam dan sendiri, tapi fisik ini berulangkali berontak menahan hantaman-hantaman itu menuju langsung tulang rusukku.
Pernah suatu ketika ketika aku merasa tenang saat aku berusaha menghancurkan sesuatu yang aku sendiri mengganggap sesuatu itu adalah tantangan terberatku, tapi ya…. Kulakukan penghancuran itu hingga tak berbentuk dengan kepalan tangan ini, apakah itu sebuah pertanda bahwa tiap titik kegalauan yang mengalir dalam darahku menghasilkan satu kekuatan besar yang tak dapat dilampaui ketika aku sendiri sedang merasa normal.
Aku mungkin sudah gila, pernah juga suatu saat aku mengira bahwa diri ini memang berbeda yang padahal semua itu hanya sebuah tajuk omong kosong belaka, aku tetap hanyalah seorang manusia lemah dibandingkan dengan manusia lainnya, atau mungkin itulah letak perbedaan yang menjadikanku merasa menjadi orang yang paling berbeda dari tiap manusia yang hidup di dunia ini.
Pesakitan yang berbeda tahun pertama dan kedua dimasa transisi dari kecil menjadi dewasa yang dipaksakan. Lalu kemudian membuih lagi saat kedewasaan adalah sebuah kelangkaan dalam tuntunan gerakku
Pagi #1
Aku melangkah berat keluar dari garis lingkaran yang selama ini mengurungku dalam kesedihan, ruangan yang lembab yang sudah penuh terisi dengan banyak pikiran dan gagasan atau bahkan impian-impian semu yang hanya terhias sesaat dan menorehkan kekecewaan pada akhirnya, angin pagi berhembus menghantam tubuhku dan yang menikam sumsum tulangku sejenak menyadarkan bahwa aku masih hidup dan masih bisa merasakan indahnya alam ini, kulihat keatas awan mendungpun berderet rapi menutupi bumi ini seperti sedang mempersiapkan beribu-ribu serangan kepada bumi.
“Lihatlah aku !!”,
betapa mengecewakan dan menyedihan dalam kemalasan dan kondisi fisik yang tak tergambar olehku, satu langkah aku tapakkan kedepan untuk bisa melihat deretan-deretan awan dan daun-daun yang berterbangan di depan rumahku, gemuruh petir dan kilatan yang menyambar kesana kemari seakan menelanjangi nyali dan menyelimuti jiwa ketakutanku dengan perasaan hina dan tanpa arah, sejenak berkata,
“Seandainya engkau hanya sebuah bayangan yang menampakan wajah siang hari dan kemudian tenggelam malam hari, maka aku akan turut serta dalam lingkaran waktu yang menerbitkan dan menenggelamkanmu”.
Aku terpaku diam melihat kelamnya pagi dan hujan yang mulai turun dengan begitu lebatnya dan tampak olehku sesuatu hal yang memang agak-agak berbeda dari hari-hari sebelumnya, sesuatu bayangan yang tampak didepan mataku seolah menertawakan keadaanku yang tak lain kini hanya sebuah jiwa tanpa raga dan bersemayam dalam buaian kegelapan alam kesedihan. Angin dingin dan gelegar petir yang bersahutan ini seolah berusaha mengembalikan aku pada kehidupan yang aku sendiri tak pernah bisa sadar ada ataupun tidak ada essensi manusia diriku yang hanya sebagai seorang manusia, yaitu manusia yang penuh dengan kesedihan dan mempunyai sedikit kebahagian untuk dibagi-bagikan kepada alam ini.
Kenapa aku bisa berubah seperti sekarang ini sehingga masa-masa ini hidupku hanya terisi oleh buaian angin-angin segar yang mengingatkanku pada seseorang yang pernah ada dalam hidupku dan menyediakan mimpi-mimpi yang begitu indah tanpa harus teringat bahwa aku hanya manusia yang berperan sebagai manusia didalam lingkungan manusia yang mencoba menunjukan esensinya sebagai seorang yang benar-benar manusia. Seandainya aku boleh mempertanyakan hal ini maka aku mungkin patut dan layak mempertanyakan semua ini, dengan kesempatan yang telah diberikan kepadaku untuk menemukan surga-surga atau “cinta” kecil yang dapat menjernihkan kebekuan otakku saat ini dan meniupkan aroma-aroma kemenangan walaupun hanya untuk beberapa saat saja untuk akhirnya kembali diam membisu dalam penyesalan, tapi bukankah itu manusiawi, atau memang ego ku sudah sampai pada level yang tidak sedikitpun tergoyahkan oleh deru jaman yang perputarannya semakin cepat dan bersiap menggilas apa saja yang ada dihadapannya, melindas orang-orang seperti aku ini yang tidak mempunyai pegangan dan cenderung untuk jatuh hanya karena oleh perasaan sakit hati.
Pagi ini turun hujan, mencoba habiskan kesendirianku setelah beberapa hari kemarin kualami satu perpisahan yang begitu mempengaruhi jiwaku dan membuat pikiranku sedikit tidak beraturan, aku mencoba melihat dan menelusuri bayang masa lalu dan apa yang telah terjadi pada diriku yang setelah sekian lama aku meniti hidup ini dan pernah menganggap bahwa aku telah menemukan sebuah titik rasa dan merupakan akhir dari pencarian hidupku “cinta”, terkadang pula aku berpikiran bahwa inilah akhir dari masa kelamku yang kemudian tinggal garis kenyataan yang menjawab bahwa itu semua adalah sebuah kebenaran atau hanya sebuah omong kosong dan kebohongan. Depresi yang kualami mungkin langkah awal hidupku yang benar-benar harus diawali dengan merasakan kehilangan cinta itu sendiri, setiap tetesan hujan yang turun membasahi bumi ini adalah saksi dari tiap kesedihanku baik mental maupun jiwa dan aku tidak mau berbohong lagi pada diriku sendiri bahwa cinta ini masih ada dan timbul karena perbedaan-perbedaan yang memungkinkan aku untuk terus bergerak maju, namun kini aku tak tahu lagi kepada siapa lagi aku bisa berpegang dan kutanamkan harapan ini sebagai penghibur dan pengobat luka hati karena sebelumnya telah kubenamkan dalam-dalam cinta ini pada sebuah cerita atau bahkan derita masa lalu.
Awan gelap masih menyelimuti seluruh asa dan khayalku, mencabik-cabik hati dan jiwa dengan gemuruh dentuman hantaman air hujan di permukaan tanah yang aku mencoba menyelaminya lebih dalam, kupandangi beberapa lama untuk menyadarkan aku bahwa hati dan jiwa ini telah lama mati oleh karena kesalahanku bahkan hari ini, alampun seolah membuat jarak bagi diriku dengan kehidupanku, bayang-bayang sang fajar yang enggan menampakan celotehnyapun terkekeh riang seakan melepaskan kepedihan dengan membantingkan berbagai asap hitam dan gemuruh petir yang menyambar kian kemari. Dan aku masih berdiri disini diluar teras kamarku menatap hampa ditemani bayangan kelam masa lalu yang membuatku hampir jatuh terbaring dan terinjak beberapa kali.
Hei….Aku baru terbangun dari tidurku saat bola mata ini tersadar aku masih dalam kondisi yang mengecewakan, lalu kuratapi sekelilingku, yang ada hanya lembaran demi lembaran kosong yang setia menungguku, menunggu cerita-cerita sedih, derita akan kebencian pada diriku.
Dan memang benar hujan telah turun begitu deras dan saat aku keluar dan mencoba menghirup aroma kebebasanku dari tembok-tembok yang memagariku dan satu keadaan yang membelenggu jiwa serta perasaanku selama ini, gemericik air begitu keras terdengar seperti dentuman meriam yang memecahkan genderang telingaku, gemuruh kilat yang menyambar menyerukan kemarahan seolah tak menerima keadaanku yang telah jatuh dan terpuruk tanpa aku bisa berbuat apa-apa.
Roda jaman begitu cepat berlalu, jikalau aku adalah seorang pelangi maka dengan mudah aku datang dan kemudian disingkirkan oleh siraman cahaya matahari yang kini sedikit demi sedikit mulai menembus batasan awan hitam yang sebentar lagi pudar, dan haripun cepat berganti tetesan hujan yang dari tadi tak henti-hentinya mengeluarkan emosi dan memuntahkan tangisan sepi kini hilang dan dengan sekejap menjadi sangat begitu indah, alam ini seolah bahagia seakan berkata,
“aku tak akan menangis lagi!”,
laksana waktu yang kian berputar akupun tak bisa membendung hari ini dan haripun begitu cepat berubah-rubah muka, burung-burung yang ketakutan kembali mendapatkan keberanian untuk bernyanyi menyambut hari yang penuh kebahagiaan, seolah mereka tidak pernah mengeluh dengan datangnya hujan dan gelap yang menyelimuti hari. Hari ini pagi yang mendung dan hujan, siang yang panas, sore yang cerah bercahaya dan malam yang kelam. Akan tetapi cinta yang pernah kurasakan itu kembali datang lagi pada pertengahan hari setelah kupikirkan bahwa hari ini adalah akhir dari kepedihanku dan kekelamanku setelah kupikir aku bisa terlepas dari belenggu cinta yang mengurungku pada kesendirian dan tidak mempunyai sesuatu yang bisa kupersembahkan lagi karena cinta itu hanya tinggal aku sendiri yang terus menerus bertarung dengan emosi dan pikiranku, yaitu saat fajar mulai merangkak menuju ubun-ubunku, menembus kedinginan batin dan menghangatkan gelora yang hanya sekejap menyinggapi perasaan sepi yang kini berganti dengan kepedihan, ya…. Aku menangis lagi, di depan teras beranda rumah yang kian terus membuat jarak semakin jauh antara hati dan perasaan damai yang sejenak tadi hinggap di kepalaku, semakin keras aku meronta menunjukan kepedihanku semakin cerah juga hari ini saat angin dingin berganti menjadi angin segar dengan pemandangan yang sangat-sangat hampir sempurna, tapi tak sedikitpun aku berusaha peduli karena aku sedang bergelut dengan tangisanku, tangisan laraku kehilangan sesuatu yang aku sendiri tak pernah mengerti apa itu. Apakah itu kau….?? Yang pernah hadir menemani hari-hariku ataukah kau….?? Yang telah menjadi tumpuan hatiku pada saat tertentu?? Aku tak bisa melupakanmu.
Sakit dan perih serta berbagai penyesalan aku rasakan, terhuyung aku merasakan rasa getir di kepalaku, ingin aku berteriak mengakhiri hari ini namun terhadang oleh pasukan jaman yang menuntut aku untuk tetap menderita dan merasakan kesedihan, ingin aku menangis lagi, tapi mata ini sudah kering kehabisan air mata.
Aku menatap hampa, merenungi keberadaan aku disini dan terpaku pada masa-masa dimana aku bisa terbang dan merasakan kebahagiaan yang sesaat.
Aku ingin hidup, aku ingin bertahan walaupun dengan berjuta-juta kayu lapuk yang menindihku, tapi aku tak mau di bawa kedunia dimana aku merasa bukan manusia lagi, aku ingin terkadang merasa sedih atau bahkan sesekali merasakan kebahagiaan walaupun hanya sebesar jari kelingking.
Tuhan, akankah rasa berduka ini akan terus berlanjut dan pelan-pelan menggerogoti kesadaranku bahwa aku adalah manusia yang berbeda, dalam hidup, dalam cinta atau bahkan aku adalah orang yang dikucilkan oleh hari, hari yang dimulai saat pagi dan diakhiri oleh sang malam.
Ternyata waktu begitu saja mudah terbaca dari awal hingga akhiran. Disebutkan saja pada pagi sesempurna kemarin ketika aku mulai hidup dan bangun dari transisi ketiduranku yang kemudian menggerogoti masa tidurku dan meninggalkan mata yang bengkak karena tidak bisa tertidur, entah saat hilang wajahmu atau justru pada saat mengingat kesedihan masa lalu yang menghantui kemudian menjadikannya bantal ditudurku yang tidak pernah kutahu kapan akan bangkit dan perjalanan yang sekian lama menjadi minuman yang isinya hanya kesedihan dan kesedihan saja yang membutakan atau bahkan membunuh tawaku dalam hening.
Kau datang pagi itu membiru dan menyematkanku sebagai sebuah tragedy yang ada dalam hidupmu. Hampir saja menyentuh batasan transisiku saat ku tunggu hujan pagi ini setelah kau begitu saja lari dalam beberapa tahun dan entah kenapa kau mengerak dalam kepalaku juga hatiku, seharusnya ini jadi transisi yang sempurna setelah hujan dan pagi yang membutakan silaunya merubah siang yang membuatku bergerak dan kemudian bergerak.
Epilog
“Ah…Sungguh menyebalkan memang ketika semua liku perjalanan menjadi sebuah cerita yang tak terdikte ataupun dapat dicerna oleh alam nyata atau bagi siapapun yang berusaha menerima semua kenyataan ini, lagipula siapa yang akan mengerti !! yang ada hanya umpatan dan kebekuan rasa iba akan suatu keadaan psikis seseorang yang terganggu oleh karena timbulnya satu hal dan hal lainnya”.
Sebuah perjalanan dalam hidup yang terlukis catatan seorang dalam garis emosional dan nafsu duniawi, perjalanan demi hidup yang seharusnya telah menjadi kuat sekuat busa-busa yang terapung di lautan. Tanpa arah dan pada akhirnya yang tersisa hanya jejak bau amis laut yang menusuk hidung, untuk seterusnya membuat mual bagi orang yang mencermati dan menghayati tulisan ini.
Ini bukan sebuah gambaran derita melainkan tulisan jiwa yang kosong akan ketidak pastian, dan jika aku bisa ingin aku sampul tulisan ini pada akhir cerita dan mungkin aku akan membanggakan tulisanku ini karena aku merasa bisa sejajar dengan serentetan penulis terkenal di Negeri ini, atau pula lebih hina daripada kebencian yang mungkin akan timbul karena ketika aku berpikir lebih tentang apa yang saat ini ada dalam tulisan ini aku sering merasa bahwa ini bukanlah pembukaan melainkan sesuatu yang harus aku akhiri dari masa lalu yang tak sepatutnya aku ingat-ingat.
Aku hanya ingin sebuah hidup yang normal, bukan merasakan cinta sejati sedalam-dalamnya atau cerita–cerita yang mudah larut terserap oleh tanah omong kosong dan lalu mencambuk kebahagiaan atau kesenangan yang datang karena naluriah manusia. Aku adalah hilang dan kepastian yang aku tak mungkin untuk menunggunya, hanya sederet cerita masa lalu yang itu semua kumulai dari sebuah catatan kecil yang sedikit demi sedikit aku tumpahkan pada tulisan ini yang juga secara tak langsung merupakan awal dari perjalanan yang penuh dengan kesimpulan semu.
Cerita-cerita yang tumpah ini mengalir tidaklah deras, bertahun-tahun aku menunggu sampai saat terjadi sebuah dilema yang mengukuhkan aku menjadi sebuah pengkhayal sejati dengan imajinasi yang tak selazimnya hadir menggerakan jari-jari ini melimpahkan kekesalan atau dendam pribadi pada sebuah alat canggih bernama komputer. Kadang aku berkhayal bahwa aku adalah seorang pengarang lagu, maka aku akan menempatkan syair-syair kepedihan pada tiap laguku karena memang benar adanya bahwa semua lagu tentang kesedihan selalu laku keras dipasaran, lagu-lagu sakit hati!!!
Tulisan ini aku anggap saja sebagai cermin yang mulai retak tapi aku ingin ada orang yang bisa menambal keretakan itu dan memulai proses daur ulang kehidupan dari A sampai Z kembali, tapi aku bukan tak sedikitpun peduli kalau hal ini mungkin aku bisa publikasikan sehingga semua orang bisa membacanya. Aku hanya mencoba apa yang aku tak bisa saat aku bingung, dan mencoba menorehkan sejenak isi hati dan pikiran kedalam sebuah media yang diam tanpa gerak, akan tetapi semua itu mungkin tak akan berarti banyak karena aku tenang dan aku berjalan…. Hei, Aku ini manusia yang hidup seperti manusia, bahkan aku adalah manusia yang mempunyai agama, hidup dan terpenting aku bisa merasakan lapar!!!
Tapi………….
Dari semua itu, aku hanya ingin berbagi dan mencoba sebagai manusia biasa yang tak terlepas dari masalah dan aku tumpahkan pada deretan huruf yang berbaris rapi dan bukan demi sesuatu yang kelak akan menimbulkan pertengkaran rasa damai atau pertarungan kebencian akan sebuah rasa cinta yang tidak jelas.
Dan………….
Semua bukan omong kosong seperti seseorang yang telah kehilangan rasa percayanya pada diriku…. lihat, aku masih hidup dan mengangkat struktur tubuhku menjadi tulisan jemu dan kebosanan yang tak seorangpun tentu tahu, Ini Hidup Siapa………?????
Manusia yang hanya sebagai manusia atau perbudakan sistem yang kerap menimbulkan perbedaan dalam kematian, pada dasarnya tujuan dan pandangan tetap harus dikemukakan karena kesedihan berarti seni dan kebahagiaan adalah induk dari semua kehidupan baik dunia maupun akhirat kelak.
Bukankah itu akhir dari jalan semua orang, kematian untuk kehidupan dalam tanda kutip yang besar yang patut di lihat dan di perbincangkan untuk menggugat perasaan yang telah berusaha aku menyelami hidupnya dan ada akhir dari semua itu, jika engkau percaya sebagai pembaca maka jangan sampai aku ada dalam hidupmu…!!
Semua untukmu…. Agar kau mengerti hidup ini tak lain dari sebuah tangisan, dan rasa “cinta” yang mempunyai kekuatan yang besar dan bukan hanya sebatas materialistis semata layaknya sebuah dunia tanpa keyakinan serta terimakasih pada semua yang telah mencoba membunuh sepiku.
Saturday, February 11, 2012
Friday, February 10, 2012
Anomali dan menjadi orang biasa
Aku hidup ditengah tengah manusia, lalu apakah aku? apakah aku bisa membaur dengan manusia? aku masih menjadi manusia kan? atau orang? entahlah aku sedang dilema dengan materi kemanusiaan itu sendiri. Setidaknya aku paling normal diantara manusia manusia itu. Para manusia itu takut hujan sedangkan aku tidak aku senang berdansa dengan hujan, setidaknya mengingatkan aku untuk mandi dan langsung bersentuhan dengan alam.
Mereka begitu peduli dengan apa yang terjadi disekeliling mereka dan itu menjadikan manusia mempunyai sifat kemanusiaan, sedangkan aku? tidak peduli, apakah aku bukan manusia tanpa kemanusiaan, aku tidak peduli dengan pakaian yang menempel di tubuhku ataupun potongan rambut jambul atau ayam jago seperti yang kulihat di majalah majalah mode. Hal yang mudah bisa sangat sulit dihadapan mereka, aku saja bisa membaca pikiran mereka dan pertanyaannya adalah apakah pikiranku hanya terbaca oleh psikiater di rumah sakit tempat aku di rawat?
Kata dokter aku mengalami sakit kemanusiaan, padahal aku tidak merasa seperti itu. Setiap hari aku dihadapkan pada psikiater yang mewawancara aku dan semua masalah yang aku alami padahal sudah jelas aku sedang menikmati hidup tanpa beban. Mereka bilang aku sakit mental, mental itu apa? tidak kuat mental menghadapi kekalahan atau kemenangan? aku sendiri tidak berniat mengikuti lomba.
Aku punya teman dalam mimpiku walaupun secara ilmiah entah benar atau tidak orang sepertiku boleh bermimpi. Tapi aku berhasil bermimpi, bahkan aku gantungkan di atas langit kemudian kuikatkan sarung untuk tempat aku berayun ayun. Namanya adalah Simul, awalnya namanya Angela tapi karena nama tersebut hanya cocok digunakan untuk nama manusia aku mengganti namanya jadi Simul dalam bahasa Itali berarti kebersamaan. Simul adalah seorang perempuan berparas bidadari, dia memakai pakaian warna putih dan kedua sayap kupu kupu di punggungnya, tapi entah benar sayap kupu kupu atau bukan aku tidak tahu karena kelihatannya seperti sayap pesawat terbang jika diperhatikan lebih seksama.
Simul adalah satu satunya teman, pacar, ibu dan sosok perempuan yang selalu setia ada di sampingku entah saat aku sedang buang air besar atau saat lagi tidur sekalipun. Satu satunya saat dia tidak ada adalah ketika aku sedang berada di tempat gelap, sepertinya dia sangat takut dengan kegelapan. Dia sering bicara denganku saat psikiater sedang mewawancaraku, bahkan saat psikiater itu bicara aku lebih pilih mengagumi wajah Simul yang malu malu. Kejadian itu berulang terus menerus hingga akhirnya psikiater sudah merasa lelah bicara ia akan mengirimku kedalam kamar bersama Simul, kami bisa bercumbu di dalam kamar.
Aku bisa membaca, keesokan paginya dalam list yang terpampang dikamarku sudah ada tulisan baru bahwa akj mengidap 'penyakit jatuh cinta dengan bayangan'. Entah apa artinya itu tapi nama Simul lebih bagus dari pada aku harus memanggilnya bayangan.
Dokter sering membuat ilustrasi di selembar kertas kemudian menggambar orang yang berada dibawah, pada bagian atas dia menggambar langit kemudian menggambar banyak orang di atas langit itu. kemudian dia bercerita sambil menggambarkan tangga dari gambar aku menuju ke atas langit tempat orang orang itu berada. Dia bilang bahwa tangga itu adalah proses kesembuhanku, setiap harinya dia membuat gambar itu dengan anak tangga yang berjumlah sama, dia juga bilang ketika dia sudah menggambar bahwa gambar aku meniti di anak tangga terakhir maka itulah saatku keluar dari istanaku. Aku tak mengerti sedikitpun gambar itu karena setiap dia menggambar aku bukan mendekati langit malah makin menjauhi langit dan anak tangganya malah bertambah. Dia tidak menjelaskan sedikitpun tentang itu, aku pikir dia hanya bodoh saja dan tidak konsisten dengan pernyataannya atau jangan jangan dia jatuh cinta dengan Simul?!. Sial aku cemburu!
Besoknya aku dandani Simul menjadi seorang laki laki dan jika ada dokter aku berpura pura tidak melihat Simul, terus berulang ulang bahkan saat di depan psikiater pun aku melakukan hal yang sama dan anehnya gambar si dokter pun berubah aku semakin mendekati langit.
Simul kini beralih rupa menjadi seorang laki laki berpakaian hitam, tentu untuk mengelabui para dokter, tapi kini aku tak pernah tidur ditempat gelap dengan harapan bisa menghabiskan waktu dengan Simul. Di dindingku ada cermin yang besar, kata dokter setiap hari aku harus berkaca supaya aku bisa mengenal diriku sendiri. tapi bukannya aku mengenal diriku yang ada adalah aku melihat Simul berlaku aneh, dia selalu mengikuti gerak gerakku, bahkan saat aku tidur di ranjang dia ikut tidur di ranjang tentunya aku tidak mau karena Simul saat itu sedang menjadi sosok laki laki, akupun pindah kebawah ranjang tapi Simul mengikuti.
Setiap hari aku harus dilema dengan keadaan seperti itu, tapi aku tidak bisa mengubah Simul menjadi perempuan lagi atau para dokter akan tergoda dengan kecantikannya. Aku menjadi benci dengan Simul dan menganggap dia tidak ada walaupun dia selalu mengikuti kemana aku berada.
Kian lama aku menjadi pemurung dan gambar yang ditunjukin dokter aku semakin mendekati langit dimana orang banyak berada. sampai saat aku sampai atas dan aku diperkenankan keluar dari istanaku.
Apakah aku menjasi manusia sekarang? karena di keramaian tempat aku berada sekarang semuanya belum berubah, semua masih sibuk dengan urusannya masing masing dimana keserakahan menjadi alibi ketidak puasan manusia secara sifat.
Bingung aku! tapi aku tidak mau kebingungan karenanya, aku berpikir tapi aku tidak akan berpikir sampai kepikiran. Bisa gila aku!!!!!
Simul adalah satu satunya teman, pacar, ibu dan sosok perempuan yang selalu setia ada di sampingku entah saat aku sedang buang air besar atau saat lagi tidur sekalipun. Satu satunya saat dia tidak ada adalah ketika aku sedang berada di tempat gelap, sepertinya dia sangat takut dengan kegelapan. Dia sering bicara denganku saat psikiater sedang mewawancaraku, bahkan saat psikiater itu bicara aku lebih pilih mengagumi wajah Simul yang malu malu. Kejadian itu berulang terus menerus hingga akhirnya psikiater sudah merasa lelah bicara ia akan mengirimku kedalam kamar bersama Simul, kami bisa bercumbu di dalam kamar.
Aku bisa membaca, keesokan paginya dalam list yang terpampang dikamarku sudah ada tulisan baru bahwa akj mengidap 'penyakit jatuh cinta dengan bayangan'. Entah apa artinya itu tapi nama Simul lebih bagus dari pada aku harus memanggilnya bayangan.
Dokter sering membuat ilustrasi di selembar kertas kemudian menggambar orang yang berada dibawah, pada bagian atas dia menggambar langit kemudian menggambar banyak orang di atas langit itu. kemudian dia bercerita sambil menggambarkan tangga dari gambar aku menuju ke atas langit tempat orang orang itu berada. Dia bilang bahwa tangga itu adalah proses kesembuhanku, setiap harinya dia membuat gambar itu dengan anak tangga yang berjumlah sama, dia juga bilang ketika dia sudah menggambar bahwa gambar aku meniti di anak tangga terakhir maka itulah saatku keluar dari istanaku. Aku tak mengerti sedikitpun gambar itu karena setiap dia menggambar aku bukan mendekati langit malah makin menjauhi langit dan anak tangganya malah bertambah. Dia tidak menjelaskan sedikitpun tentang itu, aku pikir dia hanya bodoh saja dan tidak konsisten dengan pernyataannya atau jangan jangan dia jatuh cinta dengan Simul?!. Sial aku cemburu!
Besoknya aku dandani Simul menjadi seorang laki laki dan jika ada dokter aku berpura pura tidak melihat Simul, terus berulang ulang bahkan saat di depan psikiater pun aku melakukan hal yang sama dan anehnya gambar si dokter pun berubah aku semakin mendekati langit.
Simul kini beralih rupa menjadi seorang laki laki berpakaian hitam, tentu untuk mengelabui para dokter, tapi kini aku tak pernah tidur ditempat gelap dengan harapan bisa menghabiskan waktu dengan Simul. Di dindingku ada cermin yang besar, kata dokter setiap hari aku harus berkaca supaya aku bisa mengenal diriku sendiri. tapi bukannya aku mengenal diriku yang ada adalah aku melihat Simul berlaku aneh, dia selalu mengikuti gerak gerakku, bahkan saat aku tidur di ranjang dia ikut tidur di ranjang tentunya aku tidak mau karena Simul saat itu sedang menjadi sosok laki laki, akupun pindah kebawah ranjang tapi Simul mengikuti.
Setiap hari aku harus dilema dengan keadaan seperti itu, tapi aku tidak bisa mengubah Simul menjadi perempuan lagi atau para dokter akan tergoda dengan kecantikannya. Aku menjadi benci dengan Simul dan menganggap dia tidak ada walaupun dia selalu mengikuti kemana aku berada.
Kian lama aku menjadi pemurung dan gambar yang ditunjukin dokter aku semakin mendekati langit dimana orang banyak berada. sampai saat aku sampai atas dan aku diperkenankan keluar dari istanaku.
Apakah aku menjasi manusia sekarang? karena di keramaian tempat aku berada sekarang semuanya belum berubah, semua masih sibuk dengan urusannya masing masing dimana keserakahan menjadi alibi ketidak puasan manusia secara sifat.
Bingung aku! tapi aku tidak mau kebingungan karenanya, aku berpikir tapi aku tidak akan berpikir sampai kepikiran. Bisa gila aku!!!!!
Anomaly
"Will you hide from the sky while the Sun is came so bright and gave you enough light to killing the dark?"
I don't want any runaway from the way I looked even I should stood up in a middle of standing mirror, She always said "be acquainted with your self and be your own fiance in order to cut down your ego and raise all inside of you and yours". But I'd never know the one who talking and whom I'd talk to, realized I'm a big dreamer. Even I'm not a good dreamer but I'm not stupid enough to dreaming what I don't want to or something that I hated. I'm dreaming about thing further than my thought even I got die because of it.
In some way, I woke up in the morning at the mentally hospital, they said I'm not the ordinary human who lives among good people and good guys while me running as the devil who paint an influence that man are just man there are no people. It is hurting me a lot because what I have learned in the past is there were no existences if we were never stand up in past it self, the fact is we lived from the past and we couldn't leave it behind, it following us to this present day.
When I was in the subway station She came to me and asked "Define your self! describe what your needed in life and what is your thought that will bring you to the future". I answered The only and possible thing that I could bring is a pair of sport shoes, and she got mad with me and slapped me down. I couldn't resist the pain even she was invisible. This unknown girl inside my dream was killing me from the future. I don't even has a heart now because waiting for nothing called 'Angel of dream', Her name was Angela anyway. I gave her name when I was five years old.
I couldn't enter the train, people said that the train won't pick me up to the future if I lived in a past, so I should take another transportation to reach my destination. I ran for the last minutes of stopping train but the train was moving too fast, Angela asked me to sit on a chair, a single chair in the side of subway station. She told me to sit and think, but I didn't do that, I slept over hours until the third train which passed in front of me.
I'm late for coming to the future and I never get out from the mentally hospital.
The doctor said I couldn't be able to drive to the nearest bus station because I'd never filled by a gasoline, but I know it was a lie because I'm not a car who needed fuel to move what I need is wheels to move! The doctor think that I'm crazy in fact I'm a normal person while the crazy person are them. Angela was mad of me because I said something bad about the doctor, I knew she was in love with the doctor. But It is my dream, then why the doctor was entering my dream? Woman are surely unpredictable.
Today was a happy day, she's wearing black suit after this time she always wearing white suit as an angel. She look pretty with that dress. I love black specially when a girl wearing black dress it so mysterious and 'dark', I love darkness. Angela said that she was dressing black because of me, she want to impress me and hoping that I can be the man of her dream. but She was my dream, how can she able to dreaming. Is it inside a dream there are more dream within?
I should end this immediately, I should buy a lock and lock my door and my window. Is Angela can walk down the wall? if so then it was just a stupid thing to do, what I should do is buy a glue and put them in front of the door! 'Brilliant' ideas.
This morning the doctor brought me a mirror and gave it to me, he said "get to know each other and after that ask him to dance with you", I was happy that finally I have a friend in this room but then what happen I put the mirror beside my bed and my new friend is always act like I do and it really disturb me. He took my bed, he stand up at where I stand up, until This large room are doesn't enough for both of us, I said to the doctor that I won't dance, He's a man and I'm not a gay.
Angela also mad of me because my new friend was took her too, he speak with Angela and made the same conversation as I do, and Angela wouldn't do that. She was too in love with me, because now she always wearing black dress for my vision pleasure.
This thing won't be over so soon. I should buy a taxi to get some money so then I will buy a pair of shoes to run. Run from the reality.
Subscribe to:
Posts (Atom)