Friday, May 23, 2014

Kopi (Menurutmu??)

Tak usah berkelakar dengan tingkat arogansi pahit yang akan memuntahkan sebesar penyesalanmu nantinya, Jika harus bicara politik maka politik itu sendirilah sesungguhnya cara bicaramu. Bukannya sama saja jikalau semua orang berbicara adalah sebuah eksistensi ataupun pretensi bahkan retorika retorika yang awalnya adalah sebuah ekspresi kemudian memunculkan ide?

Kopi dalam takaran yang pas akan memunculkan sebuah fragmentasi rasa, kendatipun jika takarannya tidak pas.. namun satu yang perlu digarisbawahi adalah tidak ada kata berlebihan karena kata kata tersebut hanyalah kalimat absurd yang tidak akan diperdengarkan yang berefek negatif terhadap semua hal, tentu semua mengetahui hal tersebut.

Lalu apa hubungannya? Menurutmu?

Thursday, May 22, 2014

Jam 9 Pagi

Pada waktu yang bergulir seperti roda yang nampak di kejauhan tertutup tirai jendela tempat dudukku, sofa coklat yang berumur lebih tua dari umurku memandang jauh meng andaikan bahwa aku sedang diluar sana menatap jauh ke dalam, tempat aku terkurung oleh kesepian tanpa harapan.

Jam 9 pagi hari kemarin sebuah harapan terlintas untuk jam 9 esok hari dengan mengendari kendaraan harapan yang melayang menjauhi pertanyaan pertanyaan yang kerap berdengung di telinga. Aku berpikir tidak akan berpikir lagi sehingga nalarku hilang bersama proses hidup yang juga entah kelam ataupun sebenarnya akulah sang "drama" dalam karakter yang telah kuperankan sebelum sebelumnya.

Sesungguhnya jika saja luas cakrawala dapat menjadi pandanganku maka aku tak akan berkedip untuk kehilangan sedikitpun ruang dan waktu yang akan menyisakan sedikit kedewasaan bagi aku kelak. Dan entah kenapa, pertanyaan pertanyaan sebelumnya tidak pernah muncul lagi dan muncul bahkan hanya keluar dari permukaan kulitku.

Jam 9 pagi esok hari adalah Jam 9 pagi keesokan harinya, sedangkan aku masih berpikir bagaimana jam 9 pagi hari ini!


Friday, May 2, 2014

Lima dimensi!

Seiring waktu tak berpendar pada ruang, mengikuti jelas pada alas hijau teratai di kolam bernama "hidup". Bukankah jelas tanpa mengerti adalah kebodohan?

Pertama ; lihatlah kakimu!.... Tanyakan padanya kemana ia akan melangkah maju, jikalau mundur jangan tanyakan karena waktu selalu berlalu tapi bukan ada di masa lalu, masa adalah waktu sedangkan frase "lalu" adalah ruang kosong saat kita mendengarkan seperti apa rasanya dan seperti apa bentuknya, kemudian harus bagaimana memulainya di saat yang juga akhirnya menyebutkan "waktu" itu.

Kedua ; Buka matamu dan ajaklah ke warung kopi tempat aku berada berbicara tentang "cinta", jauh mungkin tapi sekaligus dekat saat kau diam mencoba menelaah pengertian-pengertian hal tersebut.
Sial!!! dalam hal ini kita termakan kebodohan kemanusiaan kita!

Ketiga ; Sakit! hidup?

Keempat ; Doronglah badanmu condong ke belakang hingga kau tak melihat kakimu berpijak? dan sebutkan apa yang kamu lihat saat matamu memandang hanya 10 sentimeter dari matamu.... apakah sama? atau jelas berbeda karena masalah jarak?

Kelima ; Diamlah di tempat gelap kemudian bernafaslah hingga terdengar oleh telingamu sendiri, sebutkan dirimu berada!