Jika membayangkan teori pengetahuan manusia mungkin tidak akan berhenti pada satu titik asal mula atau keberadaan kita, namun lebih secara aplikatif kita bayangkan bahwa kita sedang berada pada sebuah ruangan hampa udara yang berwarna hitam gelap, lalu terlepas dari pandangan seorang manusia lalu abaikan kita dulu dan gambarkan satu noktah debu yang melayang pada ruangan tersebut, mungkin berukuran 0,000,1 milli mikron yang jelas tak terpandang oleh mata manusia, kemudian dari beberapa partikel tersebut ada gas yang memiliki panas yang kita bayangkan adalah matahari di tata surya yang kita wakilkan hanya salah satu dari beberapa partikel yang ada di kamar hitam sebagai perumpaman kita.
Satu titik debu itu melayang dan tidal tergantung pada satu bagian dinding hitam itu. Secara ilmu manusia mungkin hanya akan berbatas pada debu yang melayang statis dimana didalam ruang hitam itu terdapat ribuan atau bahkan jutaan debu yang terklasifikasi sebagai tata surya pada pandangan manusia. Lalu sistem, ternyata debu tersebut berrotasi mengelilingi kumpulan gas yang berpijar dengan hitungan waktu yang presisi dan tepat.
Bahkan belum berhenti disana saja, disatu titik noktah debu itu didalam nya terhadap kehidupan manusia yakni kita. Melepas pemahaman atau penggambaran deskripsi seperti apa seorang manusia kita lihat dari seberapa perbandingan ukuran-ukuran dari mulai kamar hitam, kemudian debu dan sekarang ditambahkan manusia yang berdiri lebih kecil dari seperseribu debu tersebut.
Manusia itu kemudian berpikir dan ada tentunya seperti yang Descartes katakan, lalu kita urai lagi pada beberapa ukuran yang kini sudah menjadi mungkin beberapa juta sepersekian milli mikron dari awal yang tertulis. Manusia dengan sistem sendiri yang kita sebut dengan kemanusiaan yang terdiri atas otak hati dan raga. Ada apa di dalam sistem tersebut? Yakni ada berjuta sel darah yang terintegrasi pada sebuah sistem sempurna yang menjalankan detak jantung dan menggerakkan raga, seperti yang kita ketahui dalam anatomi tubuh manusia.
Seberapa kecil kita yang kita ketahui dibalik pengetahuan batasan terhadap alam semesta, mungin saja akan tidak pernah selesai pada satu titik saja secara deskriptif teori satu dan lainnya hingga seharuskan akan mutlak selesai pada teori penciptaan oleh Tuhan. Yakni sebuah alam yang sempurna terbangun atas sistem beserta batasan-batasan dan regulasi yang menjalankan waktu sebagai titian kita berjalan, seperti saat manusia menjadi renta dan kemudian mati.
Masih merasa besar?
No comments:
Post a Comment