Sejenak mulut ini terkunci entah berapa lama
Matahari diam saja dia mampu bersinar namun ada sedikit biru pada noda awan
Bilamana hak-hak yang hakiki adalah mahkota kenapa harus diam kemudian
Bahkan tidak dalam sebuah bangsa yang demokratis
tidak saja aksi mati atau harus berteriak sampai parau
Padahal jelas-jelas mereka punya otak dan hati
Tidaklah layak jika disebut seekor tikus padahal jiwanya hanya mematikan manusia
Aku lupa kalau dibawah sini disiplin telah mati
semua buas karena merasa sebagai perampok hak dan dirampok hak nya
kemanusiaan mungkin saja wacana atau bahkan sebuah level keperdulian
untuk hidup saja kita hanya butuh sepatu!
Pohon? alam atau semesta ini dimana lingkungan adalah harga mati
haruskah tetap pakai nurani karena harga mati atau biar saja mereka mati
dan mengisi keluh kesah dengan material yang samar
Aku sudah lupa aku juga memotong kayu pada saat aku membangun rumahku
tapi itu manfaat seharusnya dan dukungan alam
tanpa terkorupsi waktu dan tidak mematikan disiplin
Aku lupa ketika berbatang rokokku telah basah karena hujan
dan tanpa bersuara lagi, hanya sebuah nyanyian nyinyir pada penguasa
bukan saja salah sang raja tapi otak kita sendiri merasa manusia
atau harus kukunci saja mulut ini untuk cerita yang lalu
dan kemudian masa depanku dan anak-anak cucu mereka
berjodoh dengan kekerasan dan kematian
Masih ingat pada hari nurani mati
seorang anak terperkosa dan mati
lalu diam dan menulis surat tanpa pembaca hingga tepi kali busuk dan lupa
menjadi marjinal ditengah raksasa yang sebenarnya bukan mendayung maju tapi memukul kepala
harus mati hari ini di masa hak terebut dan menjadi dilema?
sekali lagi di negara yang dipenuhi perbedaan karakter
dan menyebut dirinya bangsa yang bernegara
Rancu! padahal aku lupa ada dimana
No comments:
Post a Comment