ditempat jauh ku berdiri tak nampak ilalang yang tegar
semua merangkak tertiup angin senja beralih terang menuju gelap
diujung palung terdalam pun gelombang air dalam tak beriak hanya melaju ke permukaan
sementara di padang tandus memandang jernih cinta sepasang merpati di angkasa
aku meminum asam lebih dari dua gelas hari ini maka semakin legam aku
bahkan tak pernah ku melompat, kakiku tertahan didahan yang tak juga mau mati bekas erupsi
seharusnya kucari si jangkrik biar berderik kritis menghujat
namun alam menyetarakan ku sebagai kutu loncat dengan sepatu pegas baruku
kenapa aku bernama belalang sementara ilalang berganti kolam limbah
sekali lagi aku mandi di endapan asam hingga kerongkonganku kering
tak ada betina bahkan kaum marjinal yang memapahku
sepertinya sepatu yang ku beli di pasar uler sudah rusak, aku tak bisa berdiri kini
tapi ini sepertinya bukan kesalahan sepatu yang ada, tapi kedua kakiku melepuh terbakar amarah
ternyata belalang tak bisa memakai dasi
aku terikat dipermukaan daun kering yang masih enggan mati
aku rindu sirup buatan ibuku sebagai penghidang buka puasa
bukan secawan larutan asam yang kudapat dari kolam limbah di sepanjang kali yang menyertai Daan mogot
mungkin aku akan bercita sebagai tukang cendol
beristri perempuan yang juga tukang cendol
biar semalam kuhabiskan romansaku dengan pedagang cendol perempuan itu
sial!... aku hanya belalang
No comments:
Post a Comment