Tak ingin sedikit mengucap sendu karena hanya dalam sendu aku sedikit berkaca kemudian menampar diriku, bila kau tanya kenapa maka aku akan menjawab aku telah menentukan pilihanku!. Tak ingin mengucap biru pun karena saat pelangi tak berwarna biru maka warna lain akan pudar dalam buram cahaya langit.
Bila hanya satu cerita saja tentang hujan yang aku pernah ceritakan pada bumi, maka terang cahaya matahari hanya bias menggantikan langit yang akan bersih kemudian lalu sekejap saja langit akan menjadi gelap karenanya dan datanglah sang malam.
Aku tak ingin berbeda karena manusia, sementara aku adalah aku yang berdiri di atas aku sendiri atas dasar aku sendiri yang berjuang atas nama aku sendiri namun bernaung di bawah sesuatu yang menguasai diriku. apakah itu satu kesadaran yang terencana? atau sudah tergariskan dalam suatu bentangan garis yang putus-putus sementara kita menjalinnya dengan terbata-bata.
Aku sudah berada di jamanku kawan!
Saat aku mulai menentukan hidupku aku dalam keadaan sadar, begitupun saat aku memilih dirimu sebagai jawaban terakhirku entah itu dalam hujan yang tak pernah bercerita ataupun matahari yang hanya datang memberikanku harapan di hari rabu untuk kemudian hari kamis dilupakan. aku akan tetap berteriak bahwa aku tidak akan pernah peduli karena pada masaku, aku ada di dalam otak ku sendiri, berada dalam lingkungan yang aku ciptakan dengan struktur anatomiku sendiri lengkap dengan dua kaki, dua tangan serta hati yang kugunakan dalam kasus tertentu.
Siapakah kau?
Kau bukan sebuah arca panembahan ataupun sesuatu yang dapat terbang menuju langit untuk berada di atas dan menharapkan orang akan mengadah keatas demi melihat dirimu, engkau juga tak pernah berharap orang akan tunduk dibawahmu dan yang menjadikan kau tetap dalam sebuah lingkaran kekagumanku itu adalah kamu dengan kebodohan sesekali yang menjadikanmu kau menjadi dirimu sendiri.
Bila saja aku adalah seorang petani yang menanam jerami, jerami itu kemudian akan mengering sampai waktu masa panenku bertahun-tahun ke depan tanpa harus kupupuk tanah ini. lalu akan terjawabkah siapa kau?
Kecepatan dan percepatan yang menghindar dari masa sebelum aku adalah hanya sebuah torehan masa lalu yang sama sekali tidak ada artinya dicerminku, dia tampak buram dalam cerminan masa tanpa ada satupun yang jelas terlihat. BODOH!
Siapakah aku?
Aku? adalah seorang manusia yang jika berpikir dalam menulis tanpa berpikir dan jika berpikir dia menulis sehingga dia merasa sebagai manusia, itulah aku. KENAPA? karena aku adalah seorang manusia yang belajar menggunakan hati untuk mencuci pakaian dalamku!
Siapakah kalian?
Bila banyak kepala yang yang tersebar di atmosfir cerita yang terdengar semerdu nyanyian rembulan maka berjuta kepala akan terangguk menatap hina entah kepadaku atau kau, tapi kemudian apakah mereka jadi satu bagian anatomi tubuhku dimana aku tak bisa hidup tanpanya. BOHONG!!
Kalian hanya bisa menilai sesuatu tanpa kalian pikirkan, yang menjauhkan aku dari lingkunganku sebagai salah satu penghuni rumah sakit jiwa ini sebagai penjara dai jiwa ku yang telah sakit karena kebohongan dan pembodohan publik oleh kalian, sementara kau pun hanya bisa menatap dan melupakan aku, dan aku? aku hanya mengharapkan mu.... hujan!
Bilakah kau ada? atau kapankah kau akan melukis waktu? atau kehendak aku dan aku sementara hujan tak kunjung datang, aku memainkan musik di jamanku sendiri lalu siapakah aku dan kau? laksana awan yang menurunkan hujan ditengah hari saat mentari tersenyum malu dan bersembunyi dibalik sang Ibu.
SUDAHLAH UNTUK SEMENTARA...
No comments:
Post a Comment