suatu senja setelah hujan kau diam tanpa tarian.
lelah karena jiwa tak sanggup mengungkap resah, juga tak pernah berbicara seperti nyawa layaknya malam gelap berteman bulan.
untuk berdiri tegap saja tanpa memungkinkan dia tak bisa tenggelam, seperti halnya karang yang terpecah ombak karena waktu. dia tak bisa melangkah atau bahkan berlari, dan sebetulnya dia masih menjadi manusia yang punya cinta bahkan asa, namun waktu tentunya tak pernah berpihak sehingga semakin jauh ia menapakkan kaki, TAK PERNAH MENYENTUH TANAH.
dia adalah keyakinan sebetulnya dimana optimisme selalu muncul dari kepalanya, bahkan terkucilkan dalam atmosfir pengaduan palsu. dia adalah sang PENGGUGAT dalam sanubarinya, seperti bintang malam yang tak pernah hadir pada waktu malam.
ketika pagi datang dia tak pernah mengusir gelap dari keselarasan poros waktu, namun jiwanya sudah rapuh. hilang tak berbekas bahkan cintanya diam berhibernasi entah sampai kapan.. apakah musim semi akan datang dari salju yang membekukan hati. semua kembali tidak seimbang, dan bahkan bukan hanya harapan namun kepastian terhadap cerita yang sudah disampaikan pendongeng pada saat sebelum tidur semalam.
No comments:
Post a Comment