Hujan sudah turun kawan, seiring nada yang kau nyanyikan padaku saat mendung tadi. Biarkan saja angin menerpanya dan membawanya turun ke samudra bayangan yang entah akan kunamakan harapan atau ketakutan. Biarkan ia melayang tanpa tujuan seolah mengingat panjangnya proses hidup dalam ketidakpastian.
Aku tak pernah tahu kawan bahwa kau ada disana saat aku putuskan berlari sendiri dan kudayung perahu nya menuju batasan waktu untuk menghentikannya. ku sendiri tak kan sempat berputar atau bahkan itu diperbolehkan yang aku tahu, kau akan menaiki perahu yang berbeda dan suatu saat nanti di suatu titik entah dimana ketika aku belum melabuhkan perahuku dan belum kuhentikan waktu kau kan berjumpa dan entahlah.
Kedua perahu itu mungkin saja beriring atau mungkin salah satunya akan retak dan kita harus berpindah entah siapa dan kenapa.
Kawan.. entah apa yang bisa kuingat ketika yakinku adalah satu kejadian dimana mimpi menjadi haluan utamaku dan menjadi satu inspirasi tujuanku, sebuah harapan yang awalnya adalah sebuah pandangan murni dari mataku dan ketika waktu memukulku jatuh aku harus melupakanmu laksana sejarah kelam dalam hidupku.
Entahlah saat ini aku tahu siapa diriku ataupun tidak, yang aku tahu adalah aku tak mengetahui apa-apa baik dalam waktuku ataupun waktumu.
Saat mata bertemu mata, aku tahu bahwa itu kau tapi aku tahu bahwa itu bukan kau, rindu pada kawanku sejenak adalah berandaku tapi perahuku sudah terlanjur menunggu.
Aku takkan meninggalkan selamat tinggal... biar saja pada waktuku
No comments:
Post a Comment