Pada waktu yang bergulir seperti roda yang nampak di kejauhan tertutup tirai jendela tempat dudukku, sofa coklat yang berumur lebih tua dari umurku memandang jauh meng andaikan bahwa aku sedang diluar sana menatap jauh ke dalam, tempat aku terkurung oleh kesepian tanpa harapan.
Jam 9 pagi hari kemarin sebuah harapan terlintas untuk jam 9 esok hari dengan mengendari kendaraan harapan yang melayang menjauhi pertanyaan pertanyaan yang kerap berdengung di telinga. Aku berpikir tidak akan berpikir lagi sehingga nalarku hilang bersama proses hidup yang juga entah kelam ataupun sebenarnya akulah sang "drama" dalam karakter yang telah kuperankan sebelum sebelumnya.
Sesungguhnya jika saja luas cakrawala dapat menjadi pandanganku maka aku tak akan berkedip untuk kehilangan sedikitpun ruang dan waktu yang akan menyisakan sedikit kedewasaan bagi aku kelak. Dan entah kenapa, pertanyaan pertanyaan sebelumnya tidak pernah muncul lagi dan muncul bahkan hanya keluar dari permukaan kulitku.
Jam 9 pagi esok hari adalah Jam 9 pagi keesokan harinya, sedangkan aku masih berpikir bagaimana jam 9 pagi hari ini!
No comments:
Post a Comment