Diluar kuternampak surya
Begitu terang menyilaukan
Hingga bayangku tak hadir disampingku
Atau bahkan hitam kulit gelapku
Disudut sofa itu kulempar asa
Menyudutkan galau dibawah kolong papan
Terpandang cakrawala begitu jauh pada mata berurai
Menyibakkan nuansa mimpi yang entah terkejar
Satu pijakan kuangkat
Mengikat harap pada gelora hampa
Mencoba berdiri namun ku mati
Tak nyata awalku berdiri
Namun ku ternyata ada untuk berdiri
Menelusup tenggelam batu terlempar
Dari dasar hingga batas terdalam
Perlahan susut karena terang
Sirna gelap mengusir hampa
Pada kumulai berdiri
Pada ku tapakan kaki
Pada ku terbang sekaligus tenggelam
Hitam matahariku bukan kelam
biarkan berpelangi saat mata bertatap sendu
dunia tak bersahutan pada malam
hingga pagi terusir siang dan kembali meragu
Terngiang hampa terbakar amarah
Melepas hujaman ombak pada karang
Ku berteriak tanpa gema resah
Menyiutkan gelombang diantara perang
Biar kudaki puncak tenggelamku
Hingga nafas terpenggal ku beriring duka
Tanpa hiasan gelora berpacu
Ku tetap berlaga dengan jiwa
Kau goreskan tinta yang mengotori tubuhku
Diantara sejuta kelam yang kau daki
Tak pernah ku menjerit atau memaki
Hanya kau saja yang selalu terdiam membisu
Saat mata terpandang
Saat nyeri menjalari sukma
Kelu bercampur sejuta resah melanda
Dan kau tak pernah melukiskan bintang
Biar aku hanya bidang datar remang
Kau datang dengan sendumu
Tak pernah meragu kau tangisiku
Dan aku hanya diam diantara terang
Aku bukan cerita
Atau merdu pembawa mimpi
Tak bersedih dan berlalu pergi
Aku ada selalu ada disana
No comments:
Post a Comment