Tuesday, October 21, 2014

Darimu

Darimu, tangan ini tak gentar,
mengenali dunia lain dari terbiasa,
membungkam syaraf merasakan surga.

Darimu, kaki ini melesak lebih dalam,
kendali tanpa tergopoh, diam dan ber-rima
menjejak membiasakan mengambil irama.

Darimu, mata ini sudah tak buta,
hitam tak menorehkan lagi di pupil yang kering,
melihat dan ber-makna, mengambil arti.

Darimu, bibir ini bernyanyi,
bahkan pada nada rendahpun bersuara,
berbicara pada harmoni.

Darimu, telinga ini mendengar gemericik air,
tak pernah men-dengungkan arti kebebasan,
bahkan iramanya aku kenali.

Darimu, hati ini tak berhenti berbinar,
menelisik pagi saat redup cahaya
membalut mimpi suram hari jadi terang.

Darimu, Jantung ini berdegup kencang,
bukan takut ataupun sendu terkapar lemas,
menyongsong pagi tanpa perlu ada rindu.

Darimu, darahku tidak mengental atau mencair,
dan ketahuilah sungai itu sudah tak terbendung,
menjadi suatu aliran kehidupan.

Darimu, sebagai ibu padaku,
mengandung arti dalam bahagia,
memudarkan kelabu awan di atas pelipis padaku.

Darimu, tak berhenti terkata,
suar telah menunjukan jalannya,
dan riuh pelabuhan yang sepatutnya.

Darimu, untuk siapapun aku.